Tag Archives: syubuhat

Q&A : MENGHADIRI KAJIAN USTADZ YANG BELUM JELAS MANHAJNYA

┏━━━━━━━❔✍┓
TANYA JAWAB
┗✍❔━━━━━━━┛

MENGHADIRI KAJIAN USTADZ YANG BELUM JELAS MANHAJNYA

📝 PERTANYAAN :

Ada acara xxx menghadirkan pembicara Ust xxx yang kami kenal baik dan lurus manhajnya, namun pembicara satunya adalah ust xxx yang kata ustadz fulan manhajnya tidak jelas. Kawan-kawan pada berdebat antara yang membolehkan hadir dengan yang melarang. Bagaimana pandangan antum ustadz?

➖➖➖➖➖➖➖

📚 JAWABAN :

Sebenarnya saya berulang kali mendapatkan pertanyaan yang sama. Nasehat saya pribadi :

1⃣ Yang tidak mau hadir, silakan tdk usah hadir. Dan tdk perlu memaksa orang lain agar jangan hadir.

2⃣ Yang mau hadir juga silakan. Tidak usah memaksa orang lain yg tidak mau hadir supaya hadir.

3⃣ Jika mau istifâdah (mengambil faidah), maka silakan ambil dari ustadz yang Anda merasa aman dan nyaman dengannya, yang Anda meyakini lurus aqidah dan manhajnya.

4⃣ Orang yg antum merasa ragu dengannya, ya tinggalkan. Tapi tidak perlu memaksa orang lain berpendapat seperti Anda.

5⃣ Jika diketahui bahwa yang hadir ada 2 pembicara atau lebih, dimana :

🔹Yang satu orang yang antum kenal baik aqidah dan manhajnya.
🔹Yang satu antum tidak mengenalnya, atau ragu dengannya.

Maka, tiap orang berbeda-beda kondisinya sesuai dengan ilmu dan pemahamannya. Karena itu silakan :

▪Tidak perlu hadir sama sekali, bagi Anda yang merasa khawatir diri antum akan jatuh kepada syubuhat dan fitnah.

▪Hadir mendengarkan dari ustadz yang Anda kenal dan tenang dengannya. Lalu setelah itu pulang atau keluar.

▪Hadir mendengarkan acara sampai selesai, jika antum memiliki pondasi yang kokoh dan mampu ber- tamayyuz (memilah-milah) serta aman dari fitnah.

6⃣ Jangan sibukkan dengan bantah membantah dan berdebat, apalagi karena sebab berbeda pendapat tentang si ust Fulan dan Alan.

7⃣ Belajarlah, untuk mengenali kebenaran itu dari hujjah dan dalil, bukan mengenali kebenaran dari person atau figur. Karena kata para salaf,

الحق لا يعرف برجل ولكن الرجل يعرف بالحق

Kebenaran itu tdk dikenal (baca: ditimbang) dari person, tapi person dikenal (ditimbang) dari kebenaran yg ada padanya.

8⃣ Apabila kita melihat seseorang yang menurut kita keliru, lebih baik kita lakukan dua hal :

🔸 Jika kita mampu mengingatkan langsung, maka ini yg dituju dan lebih utama.

🔸Jika kita tidak mampu mengingatkan langsung, maka doakan kebaikan dan hidayah padanya.

⚠ jangan malah sibuk mengomentari, mengkritisi atau sampai mendiskreditkannya. Yang mana hal ini dapat mejatuhkan diri kepada perbuatan ghibah dan ghibah itu adalah salah satu dosa besar yg serupa dengan memakan daging saudara kita sendiri.

9⃣ Sibukkan diri melihat kekurangan dan aib kita sendiri. Karena tdk ada satupun dari kita yang paling sempurna aqidah dan manhajnya apalagi akhlaknya. Jangan pernah merasa lebih superior dari orang lain, apalagi menganggap orang lain inferior atau lebih rendah dari kita. Ini adalah salah satu talbîs (perangkap) iblis kepada para Penuntut Ilmu yg katanya “sunnah”.

Dahulukan husnuzhan dan memberikan udzur kepada saudara yang kita kenal baik saat melakukan kekeliruan. Dahulukan tabayyun dahulu atas segala info yang ada, dan utamakan nasehat bukan menvonis atau men judge.

Wallâhu a’lam.

_____________________

Dijawab oleh :
Ustadz Abu Salma Muhammad Hafizhahullâh

ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@alwasathiyah

🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.
______________________

👥 Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad