Tag Archives: puasatasu’a

KEUTAMAAN MUHARRAM [6/8]


‌🇰‌🇪‌🇺‌🇹‌🇦‌🇲‌🇦‌🇦‌🇳 ‌🇲‌🇺‌🇭‌🇦‌🇷‌🇷‌🇦‌🇲

(Bagian 6 )

🔗 https://t.me/alwasathiyah

DOSA YANG GUGUR SAAT PUASA ’ASYURA

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

« يكفر كل الذنوب الصغائر، وتقديره يغفر ذنوبه كلها إلاّ الكبائر »

“Dosa yang digugurkan adalah semua dosa-dosa kecil, maksudnya adalah semua dosa-dosanya diampuni kecuali dosa besar.”

Kemudian al-Imam an-Nawawi melanjutkan:

«صوم يوم عرفة كفارة سنتين، ويوم عاشوراء كفارة سنة، وإذا وافق تأمينه تأمين الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه

“Puasa Arafah itu menggugurkan dosa dua tahun sedangkan puasa ’Asyura menggugurkan dosa setahun. Apabila aminnya seseorang berbarengan dengan aminnya Malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

كل واحد من هذه المذكورات صالح للتكفير، فإن وجد ما يكفره من الصغائر كفّره، وإن لم يصادف صغيرة ولا كبيرة كتبت به حسنات،
ورفعت له به درجات وإن صادف كبيرة أو كبائر ولم يصادف صغائر رجونا أن تخفف من الكبائر.»

Semua hal yang disebutkan di sini, benar akan digugurkan (dosa-dosanya). Apabila didapati padanya ada dosa-dosa kecil, maka akan digugurkan.

Namun jika tidak didapati adanya dosa kecil apalagi besar, maka akan ditetapkan kebaikan baginya dan diangkat derajatnya.

Namun apabila didapati dosa besar tanpa disertai dosa kecil, maka kami harapkan dapat meringankan dosa besarnya.”

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah rahimahullah berkata:

«وتكفير الطهارة، والصلاة، وصيام رمضان، وعرفة، للصغائر فقط.»

“Pengguguran dosa pada thaharah (wudhu), shalat, dan puasa Ramadhan, serta Arafah dan ’Asyura, hanya menggugurkan dosa-dosa kecil saja.”

Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab Juz 6, Bab Shaum Yawm Arofah.
•• Al-Fatawa al-Kubra, Juz 5.

JANGAN TERLENA DENGAN BALASAN PUASA

Sejumlah orang terlena dan tertipu dengan hanya berpegang pada keutamaan (yang dapat menggugurkan dosa) seperti puasa hari ’Asyura atau Arafah.

Sampai-sampai mereka berdalih (untuk meninggalkan kewajiban dan melakukan dosa),
“Puasa ’Asyura akan menggugurkan semua dosa setahun penuh, dan puasa Arafah lebih bertambah lagi balasannya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah menjawabnya:
“Orang yang tertipu ini apa tidak tahu bahwa puasa Ramadhan dan sholat lima waktu itu lebih besar dan lebih agung lagi daripada puasa Arafah dan ’Asyura.

Hal ini dapat menggugurkan di antara amalan tersebut selama menjauhi dosa besar.

Ramadhan satu ke Ramadhan berikutnya, Jum’at satu ke Jum’at berikutnya, tidak akan mampu untuk menggugurkan dosa-dosa kecuali disertai dengan sikap meninggalkan dosa besar.

Menggabungkan dua hal ini -yaitu beribadah dengan disertai meninggalkan dosa besar- akan menguatkan digugurkannya dosa-dosa kecil.

Sejumlah orang yang tertipu, mereka mengira bahwa amal ketaatannya lebih banyak daripada kemaksiatannya. Karena ia tidak pernah mengintrospeksi keburukan dirinya dan memeriksa dosa dosanya. Apabila ia berbuat ketaatan, maka ia mengingatnya dan menghitungnya, seperti orang yang beristighfar dan bertasbih kepada Allah dengan lisannya sebanyak 100x dalam sehari, namun ia masih saja menggunjing kaum muslimin dan mengoyak-ngoyak kehormatan mereka serta berbicara dengan ucapan yang tidak diridhai Allah sepanjang hari.

Orang seperti ini mengharapkan keutamaan tasbih dan tahlil (yaitu dzikir yang dikerjalannya), namun ia tidak memperhatikan bagaimana akibat (buruk) bagi para penggunjing, pendusta, lagi pengadu domba, juga keburukan lisan lainnya. Beginilah kondisi tertipu yang sebenarnya.”
[ Al Mausu’ah al Fiqhiyyah, Juz 21, Bab Ghurur ]

- Bersambung, insyaAllah -

ℳـ₰✍
​✿❁࿐❁✿​
@abinyasalma

👥 Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram:  https://t.me/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad

Sumber:
📲 E-book : “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram”
📎 http://bit.ly/e-asyura

🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.

KEUTAMAAN MUHARRAM [ 5/8 ]

‌🇰‌🇪‌🇺‌🇹‌🇦‌🇲‌🇦‌🇦‌🇳 ‌🇲‌🇺‌🇭‌🇦‌🇷‌🇷‌🇦‌🇲

( Bagian 5 )

🔗 https://t.me/alwasathiyah

PUASA ’ASYURA DI HARI SABTU/JUMAT

Ada larangan untuk menyendirikan berpuasa di hari Jum’at dan larangan berpuasa di hari Sabtu kecuali puasa wajib.

Namun, hukum makruhnya ini akan hilang apabila seseorang berpuasa di hari Jum’at atau Sabtu dengan mengaitkan sehari sebelum atau setelahnya, atau jika bertepatan dengan kebiasaan puasanya yang disyariatkan, seperti sehari puasa sehari buka (puasa Dawud), atau puasa Nadzar, atau Qadha, atau puasa yang dituntut oleh syariat seperti puasa Arafah atau ’Asyura.^

Al-Bahuti rahimahullah berkata:

«ويكره تعمد إفراد يوم السبت بصوم لحديث عبد الله بن بشر عن أخته:

“Dibenci menyendirikan berpuasa pada hari Sabtu berdasarkan hadits ‘Abdullāh bin Busyr dari saudarinya, – dimana Nabi ﷺ bersabda: –

«لَا تَصُومُـوا يَوْمَ السَّبْـتِ إِلَّا فِيمَا افْتُـرِضَ عَلَيْكُـمْ»

“Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kalian.”^^

ولأنه يوم تعظمه اليهود ففي إفراده تشبه بهم. (إلا أن يوافق) يوم الجمعة أو السبت (عادة)
كأن وافق يوم عرفة أو يوم عاشوراء وكان عادته صومهما فال كراهة؛ لأن العادة لها تأثير في ذلك

Karena hari Sabtu ini adalah hari yang diagungkan oleh bangsa Yahudi, maka menyendirikan berpuasa hanya di hari Sabtu saja akan menyerupai mereka. Kecuali puasa yang biasa dia kerjakan yang bertepatan dengan hari Jum’at atau Sabtu, seperti apabila waktunya bersamaan dengan hari Arafah atau ’Asyura, maka apabila kebiasaannya dia berpuasa pada hari-hari ini, maka tidaklah dibenci berpuasa pada hari Sabtu ini, karena kebiasaannya memiliki pengaruh terhadap hukum ini.”

Tuhfatul Muhtaj Juz 3, Bab Shaum. at-Tathawwu’, dan Musykil al-Atsar Juz 2, Bab Shaum Yawm as-Sabt.
•• HR. Ahmad dengan sanad yang jayyid, dan al-Hakim, beliau mengatakan: Shahih berdasarkan persyaratan al-Bukhari.
••• Kisyaful Qana’, Juz 2, Bab Shaum at-Tathawwu’.


JIKA PENENTUAN AWAL MUHARRAM RANCU

Imam Ahmad rahimahullah berkata:

“Apabila awal Muharram itu tidak jelas (rancu) bagi seseorang, maka hendaknya ia berpuasa selama tiga hari, karena jika seseorang mengerjakan hal ini maka akan lebih meyakinkan agar bisa bertepatan puasanya di hari ke-9 (Tasu’a) dan ke-10 (Muharram).”

Barangsiapa yang tidak mengetahui masuknya hilal (bulan baru) Muharram dan ia ingin lebih berhati-hati agar bisa mencocoki hari ke-10, hendaknya ia menggenapkan bulan Dzulhijjah 30 hari sebagaimana kaidah asalnya, lalu ia berpuasa pada hari ke-9 dan ke-10.

Dan jika ia ingin berhati-hati juga agar bisa mencocoki puasa di hari ke-9 (Tasu’a), maka hendaknya ia berpuasa –tiga hari– yaitu pada hari ke-8, 9 dan 10 –karena jika bulan Dzulhijjah itu sebenarnya kurang dari 30 hari (yaitu 29 hari), maka ia tetap bisa mendapati puasa pada hari ke-9 dan ke-10 secara meyakinkan–, meskipun puasa ’Asyura itu sendiri adalah sunnah hukumnya, tidaklah wajib.

Manusia tidaklah diperintahkan untuk melihat hilal Muharram sebagaimana diperintahkan untuk melihat hilal Ramadhan dan Syawwal.

•• al-Mughni karya Ibnu Qudamah, Juz 3, Kitab ash-Shiyam, Bab Shiyamu ’Asyura.

- Bersambung, insyaAllah -

ℳـ₰✍
​✿❁࿐❁✿​
@abinyasalma

👥 Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram:  https://t.me/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad

Sumber:
📲 E-book : “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram”
📎 http://bit.ly/e-asyura

🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.