Category Archives: Motivation

FAIDAH RAMADHAN – 15/20

🇫‌🇦‌🇮‌🇩‌🇦‌🇭 ‌
🇷‌🇦‌🇲‌🇦‌🇩‌🇭‌🇦‌🇳

[ Bagian 15/20 ] https://t.me/alwasathiyah

ZAKAT FITRAH

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ )

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.”
( QS. Al-A’la: 14-15)

Saudaraku, di penghujung Ramadhan sebelum ‘Id, setiap muslim diwajibkan membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang dalam tanggungannya sebanyak satu sha’ (± 3 Kg) berupa bahan makanan yang berlaku umum di daerahnya.

Zakat tersebut hukumnya wajib selama ia masih memiliki sisa makanan untuk diri sendiri dan keluarganya selama sehari semalam.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnul ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

“Rasulullah ﷺ telah mewajibkan zakat fitrah bagi orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau ﷺ memerintahkan agar (zakat fitrah tersebut) ditunaikan sebelum shalat ‘Id (hari raya).”
[ Muttafaq ‘alaih ]

Adapun waktu pengeluarannya yang paling utama adalah sebelum shalat ‘Id, boleh juga sehari atau dua hari sebelumnya, dan tidak boleh mengakhirkan mengeluaran zakat fitrah setelah hari raya.

Ya Allah terimalah shalat kami, zakat, dan puasa kami serta segala bentuk ibadah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

HUKUM MENGELUARKAN ZAKAT FITRI DENGAN UANG

Al-Imam Malik bin Anas berkata:
“Bahwa zakat fitri “dengan uang” itu tidak mencukupi (yakni tidak sah zakatnya).”
[ Al-Mudawwanah Al-Kubra (3/385) ]

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Bahwa mengeluarkan zakat fitri dengan uang tidaklah mencukupi (tidak sah).”
[ Al-Fiqh Al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i ]

Al-Imam Ahmad juga berkata (tentang hal tersebut:
“Menyelisihi sunnah Rasulullah”
[ Al-Mughni (3/87) ]

Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya:
“Bolehkah mengeluarkan zakat fitri dengan uang?”

Maka Fadhilatusy Syaikh menjawab:

زكاة الفطر لا تصح من النقود. لأن النبي ﷺ فرضها صاعاً من تمر، أو صاعاً من شعير، وقال أبو سعيد الخدري رضي الله عنه: كنا نخرجها على عهد رسول الله ﷺ ، صاعًا من طعام، وكان طعامنا يومئذ التمر والشعير، والزبيب والأقط. فلا يجوز إخراجها إلا مما فرضه رسول الله ﷺ

“Zakat fitri tidak sah ditunaikan dengan uang. Karena Nabi ﷺ mewajibkan zakat dengan ukuran satu sha’ kurma kering, atau satu sha’ gandum.

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Dahulu kami semasa Rasulullah ﷺ (masih hidup) mengeluarkan zakat seukuran satu sha’ makanan pokok, dan makanan pokok kami ketika itu ialah kurma kering, gandum, kismis dan keju.”

Maka tidak boleh mengeluarkan zakat selain dengan yang telah diwajibkan oleh Rasulullah ﷺ .”
[ Majmu’ Fatwa wa Rasail Ibni ‘Utsaimin (18/180)]

Syaikh juga berkata:

أما زكاة الفطر فلا يجوز دفع النقد عنها بل يجب أن تدفع من الطعام لأنها هكذا فرضت ولما في دفعها من الطعام من سد حاجة الفقير في يوم العيد

“Adapun zakat fitri maka tidak boleh membayar uang sebagai bentuk penunaiannya, tapi wajib menunaikannya dengan makanan pokok karena begitulah yang diwajibkan, juga karena penunaian zakat dengan makanan pokok itu sebagai bentuk memenuhi kebutuhan orang fakir saat hari raya (‘Iedul Fitri).”

Syaikh juga berkata dalam fatwa beliau yang lain:

…فلا يحل لأحد أن يخرج زكاة الفطر من الدراهم، أو الملابس، أو الفرش، بل الواجب إخراجها مما فرضه الله على لسان محمد صلى الله عليه وسلم، ولا عبرة باستحسان من استحسن ذلك من الناس، لأن الشرع ليس تابعاً للآراء

“… Tidak halal yakni dilarang bagi siapapun yang hendak mengeluarkan zakat fitri dengan dirham maksudnya mata uang, pakaian, atau selimut, namun yang wajib adalah mengeluarkan zakat dengan sesuatu yang telah Allah wajibkan melalui lisan Nabi Muhammad ﷺ. Anggapan baik oleh kebanyakan orang berkenaan dengan hal ini tidaklah diakui, karena syariat itu tidak mengikuti pendapat orang-orang.”
[ Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni ‘Utsaimin (18/280) ]

Al-‘Allamah Al-Fawzan hafizhahullah berkata:

أما إخراج القيمة، فإنه لا يجزئ في زكاة الفطر؛ لأنه خلاف ما أمر به النبي ﷺ ، وما عمل به صحابته الكرام من إخراج الطعام . والاجتهاد إذا خالف النص فلا اعتبار به

“Adapun mengeluarkan qimah (yaitu dalam rupa uang), maka hal ini “tidaklah tepat” untuk zakat fitri; karena hal tersebut lmenyelisihi yang diperintahkan oleh Nabi ﷺ , dan (menyelisihi) apa yang dilakukan para Sahabat yang mulia, yaitu mengeluarkan (zakat, dengan) makanan pokok. Dan suatu ‘ijtihad jika menyelisihi nash (dalil) maka ‘ijtihad tersebut tidak teranggap.”
[ Al-Muntaqa min Fatawa al-Fawzan (81/13-14) ]

  • Bersambung –

📎 Sumber :
Booklet : Kompilasi Faidah Ramadhan 1439 H – Grup AWWI

Alih bahasa :
Brave Ummu Abdirahman
Dimuroja’ah oleh :
@abinyasalma

ℳـ₰✍
​✿❁࿐❁✿​
@alwasathiyah

🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.


👥 Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram:  https://t.me/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad

FAIDAH RAMADHAN – 14/20

🇫‌🇦‌🇮‌🇩‌🇦‌🇭 ‌
🇷‌🇦‌🇲‌🇦‌🇩‌🇭‌🇦‌🇳

[ Bagian 14/20 ] https://t.me/alwasathiyah

I’ T I K A F

“Dari Ibnu Rajab rahimahullah, Syaikh Dr. Shalih al-‘Ushaimy berkata:

الاعتكاف هو قطع العلائق عن الخلائق للاشتغال بخدمة الخالق

“I’tikaf itu sejatinya ialah memutus berbagai hubungan dengan para makhluk (yakni manusia), dengan tujuan untuk menyibukkan diri melayani Sang Khaliq.”

والمراد بالخدمة: العبادة، والتعبير بها أكمل

Dan yang dimaksud “melayani” di sini yaitu beribadah, dan ungkapan “melayani” itu lebih lengkap.

الذي يلزم مسجدا وهو مشتغل بالكلام مع الناس والعبث ويقضِّي وقته بالطعام والنوم واستعمال الانترنت ونحو ذلك فإنه لا يسمى اعتكافا، بل يسمى إقامة، وهو يخدع نفسه، وينبغي تنزيه المسجد عن هذه الأحوال الرديئة.

Orang yang menetap di masjid namun ia sibukkan dengan obrolan bersama orang-orang dan hal sia-sia, bahkan ia habiskan waktunya dengan makan dan tidur, asyiknya berselancar di internet, dan sebagainya, maka ini sejatinya tidak disebut i’tikaf, tapi menumpang tinggal (di masjid), dan (orang seperti itu) menipu dirinya sendiri. Karena seharusnya masjid itu dibersihkan dari hal-hal rendahan seperti ini.
 
للإنسان أن يعتكف في أي حين من السنة ولو لم يكن صائما ، ولو كان لمدة يسيرة ؛ فقد روى عبدالرزاق وغيره بإسناد صحيح عن يعلى بن أمية: ” إني لأدخل المسجد لا أريد إلا أن أعتكف ساعة”.

(Dianjurkan) bagi seseorang agar dia ber-i’tikaf kapan saja dalam setahun walaupun saat dia tidak berpuasa, meski hanya sebentar waktunya; Abdurrazzaq dan selainnya telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Ya’la bin Umayyah: “Saya benar-benar akan masuk masjid, dan saya tidak ingin (melakukan apapun) selain ber-i’tikaf sesaat saja (sa’atan).”

الساعة هي البرهة المستكثرة من الزمن، وهي في تقدير الدقائق في زمننا هذا بين الأربعين إلى خمس وأربعين دقيقة وهو الذي أدركت عليه كبار السن ، وأخبرني أحد أصحابنا عن العلامة أبي تراب الظاهري -وهو من شيوخ اللغة المعروفين- أن الساعة التي تعرفها العرب أقرب ما تكون ٤٥ دقيقة بتوقيتنا .

“Sesaat” (as-sa’ah) di sini maksudnya “waktu sejenak yang waktunya diperpanjang”, dan itu kalau diukur dengan hitungan menit pada zaman kita ini berarti sekitar 40-45 menit, dan itulah yang kudapati dari para orang tua.

Salah seorang sahabat kami pun mengabarkanku, dari al-‘Allamah Abu Turab azh-Zhahiri beliau adalah salah satu ahli bahasa yang terkenal, bahwa “Kata as-Sa’ah (sesaat) yang dikenal oleh orang Arab adalah mendekati 45 menit menurut perhitungan waktu kita.”

لا يتقيد الاعتكاف برمضان، و لا يُشترط الصوم للاعتكاف؛ فيشرع للعبد أن يعتكف في أي حين من السنة ولو لم يكن صائما ولو كان لمدة يسيرة .

Pelaksanaan i’tikaf tidak terikat dengan Ramadhan saja, juga tidak disyaratkan puasa untuk ber-i’tikaf; Disyariatkan bagi seorang hamba maksudnya seorang muslim agar dia ber-i’tikaf kapan saja dalam setahun walaupun dia tidak berpuasa dan meski hanya sebentar waktunya.

المختار أن الاعتكاف عامٌّ لجميع المتعبدين من الرجال والنساء لا فرق بين شاب ولا شيخ .

(Pendapat) yang terpilih adalah bahwa i’tikaf itu umum bagi seluruh orang yang gemar beribadah dari kalangan laki-laki maupun perempuan, tak ada bedanya pemuda ataupun orang tua.

ما يفعله كثير من الناس من جعلهم محل اعتكافهم محطّاً للزوار ومجلسا للمعاشرة ، فإن هذا الاعتكاف لون والاعتكاف النبوي لون آخر .

Yang dikerjakan kebanyakan orang adalah mereka menjadikan tempat i’tikaf mereka yakni masjid sebagai tempat persinggahan pelancong dan majelis untuk kumpul-kumpul, maka i’tikaf ini berbeda jenisnya dari i’tikaf yang dicontohkan Nabi.

[ Dari Channel Syaikh Shalih al-‘Ushaimi ]

__
▪️Catatan :
Di sini ada yang menarik dari definisi syaikh al-Ushaimi tentang kata ساعة (sesaat) yang dikaitkan dengan makna “jam” (waktu) di zaman ini, dimana jam ini kaitannya dengan يوم (hari = 24 jam) dan kaitannya dengan دقائق (menit dimana 1 jam = 60 menit).

Padahal dalam terma fiqih, kata ساعة tidak berkaitan dengan “jam”, namun berkaitan dengan البرهة المطلقة (waktu pendek secara mutlak) yaitu “sekejap, sejenak, sebentar, sekilas, dan lain-lain.”

Di dalam at-Ta’rifat al-Fiqhiyah (Hal: 110) disebutkan:

الساعة: في عرف الفقهاء جزء من الزمان وإن قلَّ

لا جزء من أربعة وعشرين من يوم بليلته أي ستون دقيقة كما يقوله المنجِّمون كذا في “الدار المختار”

Sesaat (الساعة) menurut urf (kebiasaan) para pakar fiqih, adalah bagian dari waktu meski hanya sedikit (sebentar). Bukan merupakan bagian dari 24 jam dalam sehari semalam, yaitu 60 menit sebagaimana dipaparkan oleh ahli astrologi di dalam ad-Darul Mukhtar.

Banyak sekali terma sa’ah kita jumpai di dalam buku-buku fiqih dan hadits, yang maknanya adalah waktu sejenak secara mutlak.

Misalnya:

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، أَنَّهُ قَالَ: « إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ سَكَتَ سَاعَةً لَا يَقْرَأُ قَدْرَ مَا يَقْرَؤُنَ أُمَّ الْقُرْآنِ»

Dari Said bin Jubair beliau berkata:
“Apabila Imam takbir, diam “sesaat” dan tidak membaca yang panjangnya seperti al-Fatihah.”

Diam sesaat (سكت ساعة) di sini tentunya tidak sampai 40-45 menit. Sebab akan menjadi panjang dan lama.

Wallahu a’lam

  • Bersambung –

Ditulis oleh :
Ustadz Babahnya Sofia

Dimuroja’ah oleh :
@abinyasalma

ℳـ₰✍
​✿❁࿐❁✿​
@alwasathiyah

🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.


👥 Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram:  https://t.me/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad