🇰🇪🇺🇹🇦🇲🇦🇦🇳 🇲🇺🇭🇦🇷🇷🇦🇲
[ Bagian 1 ]
PENDAHULUAN
الحمـد للّٰه رب العالميـن، والصـلاة والسـلام على نبينـا محمـد خاتـم الأنبيـاء وسيـد المرسليـن وعلى آلـه وصحبـه أجمعيـن وبعد
Segala puji dan sanjungan hanyalah milik Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, penutup para Nabi dan pemimpin para rasul, juga kepada keluarga dan seluruh sahabat beliau.
Sesungguhnya, bulan Allah Muharram adalah bulan yang agung lagi penuh dengan
keberkahan.
Muharram adalah bulan pertama di dalam tahun Hijriah dan salah satu bulan dari bulan-bulan suci (asyhur al-Hurum), sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan tentangnya:
( إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ … )
“Sesungguhnya bilangan bulan-bulan di sisi Allah itu ada dua belas bulan sebagaimana yang Allah tetapkan pada saat Ia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang haram (suci). Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri di bulan-bulan suci ini.”
(QS. at-Taubah: 36)
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
«السَّنَـةُ اثنـا عشـر شهـرا منهـا أربعـة حـرم: ثلاثـة متواليـات ذو القعـدة وذو الحجـة والمحـرم، ورجـب مضـر الـذي بيـن جمـادى وشعبـان»
“Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang haram (suci). Tiga bulan di antaranya saling berurutan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Lalu yang satu adalah Rajab-nya suku Mudhar, yang berada diantara Jumadal (akhirah) dan Sya’bn.”
(HR. Bukhari no. 2958)
Dinamakan dengan Muharram, karena bulan ini adalah bulan “yang diharamkan”, dan sebagai penguat atas keharamannya.^
Sebagaimana dalam firman Allah ﷻ :
(فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ)
“…Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri di dalamnya”; yaitu di dalam bulan-bulan yang haram (suci) ini, karena perbuatan dosa di bulan-bulan ini lebih besar dan lebih nyata dibandingkan di bulan-bulan lainnya.
Ibnu ‘Abbas radhiallahu‘anhu berkata ketika menafsirkan firman Allah di atas:
(فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ) في كلهن ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حرامًا و عظّم حرماتهن، و جعل الذنب فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم
“Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri di dalamnya,” yaitu di setiap bulan, kemudian Allah mengkhususkan keempat bulan ini dan Allah jadikan sebagai bulan-bulan haram (suci), lalu Allah agungkan hurmah (kehormatan)-nya. Maka berbuat dosa di dalamnya lebih dahsyat dosanya, dan beramal shalih di dalamnya lebih besar pahalanya.”
Qatadah rahimahullah berkata ketika menafsirkan firman Allah di atas:
(فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ) إن الظلم في الأشهر الحرم أعظم خطيئة ووزرًا من الظلم فيما سواها. وإن كان الظلم على كل حال عظيمًا، ولكن اللّه يعظّم من أمره ما يشاء
“Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri di dalamnya,” sesungguhnya berbuat zhalim (aniaya) di bulan-bulan haram ini lebih besar dosa dan balasannya dibandingkan bulan-bulan lainnya. Apabila kezhaliman di setiap keadaan itu besar (dosanya), maka Allah jadikan kezhaliman di beberapa kondisi lebih besar lagi dengan kehendak-Nya.”
Lalu Qatadah rahimahullah melanjutkan:
إن اللّه اصطفى صفايا من خلقه:
اصطفى من الملائكة رسلًا ومن الناس رسلًا،
واصطفى من الكلام ذكره،
واصطفى من الأرض المساجد،
واصطفى من الشهور رمضان والأشهر الحرم،
واصطفى من الأيام يوم الجمعة،
واصطفى من الليالي ليلة القدر،
فعظموا ما عظم اللّه،
فإنما تعظّم الأمور بما عظمها اللّه به عند أهل الفهم وأهل العقل
“Sesungguhnya Allah memilih makhluk pilihan di antara makhluk-makhluk-Nya. Allah memilih utusan-Nya di antara bangsa malaikat dan manusia; memilih dzikir di antara ucapan; memilih masjid di antara tanah di bumi; memilih Ramadhan dan asyhurul hurum (empat bulan suci) di antara bulan-bulan lainnya; memilih hari Jum’at di antara hari-hari lainnya, dan Lailatul Qadar di antara malam-malam yang lain. Maka agungkanlah semua yang Allah agungkan, karena sesungguhnya, mengagungkan semua hal yang Allah agungkan itu ciri orang yang memahami (ahli fahm), dan yang berakal (ahli ‘aql).”
Yaitu haram berbuat aniaya (zhalim) baik terhadap diri sendiri (dengan cara bermaksiat dan berdosa besar), ataupun terhadap orang lain seperti menyakiti, menganiaya mereka, merampas harta, dan selainnya, pen).
Diringkas dari Tafsir Ibnu Katsir surat at-Taubah: 36.
KEUTAMAAN MEMPERBANYAK PUASA SUNNAH DI BULAN MUHARRAM
Dari Abu Huraurah radhiallahu‘anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَفْضَـلُ الصِّيَـامِ بَعْـدَ رَمَضَـانَ شَهْـرُ اللَّهِ الْمُحَـرَّمُ»
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa di Bulan Allah (Syahrullah) Muharram.”
(HR. Muslim no. 1982)
Ucapan Nabi ﷺ yang menyebut Syahrullah (Bulan Allah), dengan menyandarkan bulan ini kepada Allah merupakan bentuk penyandaran (idhafah) dengan pemuliaan dan pengagungan
(ta’zhim).
al-Qori rahimahullah berkata:
”الظاهر أن المراد جميع شهر المحرم“
“Yang zhahir (nyata) bahwa yang dimaksud adalah berpuasa di keseluruhan bulan Muharram.”
Akan tetapi, telah valid sebuah hadits dari Nabi ﷺ bahwa beliau tidak pernah berpuasa sebulan penuh secara sempurna kecuali di bulan Ramadhan saja. Karena itu, hadits di atas dipahami sebagai bentuk motivasi (targhib) untuk memperbanyak berpuasa di bulan Muharram, bukan berpuasa sebulan penuh.
Telah valid pula riwayat dari Nabi ﷺ bahwa beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bisa jadi beliau tidak mengungkapkan keutamaan bulan Muharram melainkan di saat menjelang akhir hayat beliau, sebelum beliau berkesempatan melaksanakan puasa Muharram tersebut.^
ALLAH MEMILIH (MENGISTIMEWAKAN) WAKTU DAN TEMPAT YANG IA KEHENDAKI
Al-‘Izz bin ‘Abdissalam rahimahullah berkata:
”وتفضيل الأماكن والأزمان ضربان:
أحدهما: دنيوي.
والضرب الثاني: تفضيل ديني راجع إلى أن الله يجود على عباده فيها بتفضيل أجر العاملين، كتفضيل صوم رمضان على صوم سائر الشهور،
وكذالك يوم عاشوراء.
ففضلها راجع الى وجود الله وإحسانه إلى عباده فيها.“
“Pengistimewaan (tafdhil) tempat dan waktu itu ada dua macam:
• Pertama: Pengistimewaan yang bersifat duniawi.
• Kedua: Pengistimewaan bersifat agama, yang kembalinya kepada konsep bahwa Allah mengagungkan waktu dan tempat itu di antara hamba-hamba-Nya dengan cara mengistimewakan ganjaran bagi pelaku di dalamnya; seperti puasa Ramadhan dibandingkan dengan puasa di bulan-bulan lainnya, demikian pula dengan puasa Asyura. Keutamaannya berpulang kepada kebaikan dan kemurahan Allah terhadap hamba-hamba-Nya.”
[ Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi. Qawa’idul Ahkam (1/38). ]
Bersambung, insyaAllah
–
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma
👥 Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram: https://t.me/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad
Sumber:
📲 E-book : “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram”
📎 http://bit.ly/e-asyura
🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.