🇸🇪🇷🇮🇦🇱 🇫🇦🇼🇦🇮🇩
MEMETIK FAIDAH DAUROH BATU KE-20
● 24 – 29 Juni 2019
(Bagian 1)
••• ════ ༻📖༺ ════ •••
Faidah Menarik Syaikh Ziyâd Abbadi saat Pembukaan Dauroh
◾Mayoritas peserta dauroh adalah MUSAFIR, dan sejatinya kita semua semenjak dilahirkan adalah MUSAFIR.
MUSAFIR hanya singgah lalu berlalu, dan memiliki kampung halaman, yaitu surga.
◾Sejatinya kita tinggal di dunia ini hanya sebentar saja, sebagaimana firman Allåh :
(قَـٰلَ كَمۡ لَبِثۡتُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ عَدَدَ سِنِینَ قَالُوا۟ لَبِثۡنَا یَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ یَوۡمࣲ فَسۡـَٔلِ ٱلۡعَاۤدِّینَ قَـٰلَ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِیلࣰاۖ لَّوۡ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ)
Dia (Allah) berfirman: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”. Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.” Dia (Allah) berfirman: “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.”
( QS. Al-Mu’minun: 112-114)
◾Hidup itu mirip dengan dauroh (makna dauroh secara bahasa adalah putaran, siklus, lingkaran).
الحياة دورة الكبيرة ونحن الآن في الدورة الصغيرة ولا فرق بينهما وكل بداية لها نهاية والعاقل من يستمر بها ويغتنم كل الفرص فيها
Hidup itu adalah dauroh besar dan kita saat ini berada di dauroh kecil, sejatinya tidak ada beda diantara keduanya, karena setiap awal pasti memiliki akhir. Seorang yang berakal ia akan melewati siklus (dauroh) ini dan menggunakan semua kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya.
◾Dauroh ini mengingatkan kita pada hadits yang dihasankan Syaikh al-Albani, dari sepupu Nabi Shallallâhu alayhi wa Sallam , Ibnu Abbas, bahwa beliau bersabda:
<< اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ , شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ , وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ , وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ , وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلُكَ , وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ >>
Pergunakan baik-baik 5 hal sebelum 5 hal lain datang:
1⃣ Masa muda sebelum tuamu.
2⃣ Masa sehatmu sebelum sakitmu.
3⃣ Masa kayamu sebelum miskinmu.
4⃣ Masa lapangmu sebelum sibukmu.
5⃣ Masa hidupmu sebelum matimu.
◾Suatu ketika Imam Ahmad ditanya: “Sampai kapan kita menuntut ilmu?”
Beliau menjawab: “من المحبرة إلى المقبرة (dari semenjak merangkak hingga berkalang tanah).”
◾Selama nyawa masih di kandung badan, maka selama itu pula kita tetap harus belajar menambah ilmu.
◾Usia tidak mencegah seseorang untuk menambah ilmunya dan ilmu itu tidaklah berhenti dan stagnan, karena itu ia hendaknya teruslah bertambah. Karena itulah dikatakan:
من قال علمت فقد جهل
Siapa yang mengatakan saya sudah tahu sejatinya ia jahil.
◾ Taqarrub kepada Allâh yang paling utama adalah Taqarrub dengan ilmu.
– Bersambung in syâ Allâh … –
••• ════ ༻📖༺ ════ ••
Ditulis Oleh :
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma
🏙 -Kusuma Agro Wisata, Batu Malang-
Diedit oleh :
📝 TIM Editing AWWI
__________________
👥 WAG Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ TG : https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 FB : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 IG : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad
🔗 Silahkan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.