MEMETIK FAIDAH DAUROH BATU-MALANG KE-20 [ Bagian ke 3 ]

🇸‌🇪‌🇷‌🇮‌🇦‌🇱‌ 🇫‌🇦‌🇼‌🇦‌🇮‌🇩‌

🔗 https://bit.ly/alwasathiyah

MEMETIK FAIDAH DAUROH BATU KE-20

(Bagian 3)

••• ════ ༻📖༺ ════ •••

Faidah Kajian Syarh “Manhajul Haq” oleh Syaikh Ali al-Halabi (Pertemuan 1)

▫ Sekiranya manusia-manusia berakal mau menerima manhaj yang haq ini, niscaya mereka akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat.

▫Bahasa Arab itu kuncinya Islâm, sejauh mana kau memahami bahasa Arab beserta _uslub-uslub_ nya, maka sejauh itu pula kau memahami agamamu.
Siapa yang tidak paham bahasa Arab maka akan kehilangan banyak hal.

▫Para ulama menulis sejumlah kitab dalam bentuk nazhom (syair) agar mudah dihafalkan dan dipahami. Semisal asy-Syathibiyah dalam bidang qiro’ah , Alfiyah Ibnu Malik dalam bidang Nahwu , Alfiyah hadits, termasuk juga nazham dalam bidang Ghoro’ibul Qur’an yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahim bin al-Husain al-Irōqî.

Al-Fahm (pemahaman) itu adalah kunci di dalam al-Hifzh (menghafal), bukan sebaliknya.

▫Para ulama bersepakat di dalam ushul (pokok) masalah aqidah namun berbeda pendapat di dalam masalah furu‘ (cabang) –jika pembagian ini dianggap tepat-. Karena itu di dalam perkara ini jika ada perbedaan pendapat, maka boleh kita katakan salah/keliru, namun tidak boleh kita vonis sesat, ahli bid’ah , keluar dari manhaj salaf.

▫Kita harus bisa membedakan antara orang yang ushul nya bid’ah dan salah dengan orang yang ushul nya ahli sunnah tapi jatuh kepada kesalahan. Karena itu kita katakan, bahwa tokoh Mu’tazilah misalnya seperti al-Allaf itu sesat dan menyesatkan, sedangkan Imam ahli sunnah seperti An-Nawawi atau al-Asqolânî yang jatuh pada kesalahan tidak divonis sesat.

Karena yang pertama mereka menyimpang secara ushul, yaitu meletakkan akal di atas wahyu, sedangkan yang kedua mereka ushul nya adalah al-Qur’ân dan sunnah, tapi mereka keliru dan jatuh pada kesalahan.

▫Jika ada yang mengatakan, bahwa para salaf itu KERAS terhadap ahli bid’ah , maka ada dua sisi :

SISI PERTAMA
Bahwa kebanyakan bid’ah yang terjadi di zaman salaf tersebut adalah bid’ah kubro (besar) yang berkaitan erat dengan aqidah, seperti Mu’tazilah, Khowarij, Murji’ah, dan lain-lain.

SISI KEDUA
Zaman tersebut berbeda dengan zaman ini dimana perbedaan zaman itu bisa memberi pengaruh terhadap hukum.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahualayhi wa Sallam:

« إنكم اليوم في زمان كثير علماؤه قليل خطباؤه، من ترك عشر ما يعرف فقد هلك، ويأتي من بعد زمان كثير خطباؤه قليل علماؤه من استمسك بعشر ما يعرف فقد نجا »

“Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang banyak ulamanya sedikit tukang ceramahnya. Siapa yang meninggalkan sepuluh bagian yang diketahui maka ia celaka. Lalu akan datang zaman dimana tukang ceramahnya banyak namun ulamanya lebih sedikit. Siapa yang berpegang dengan sepuluh bagiannya maka ia selamat.” (Dishahihkan Syekh Albani dalam ash-Shahihah ).
Hadits ini menunjukkan beda zaman, beda kondisi.

▫Karena itulah kaidah mu’tabar yang diakui ulama adalah:

الحكم على الشيء فرع عن تصوره

Hukum terhadap sesuatu itu cabang dari gambaran realitanya.

▫Alangkah indahnya ucapan Ibnu Taimiyah:

أهل السنة أعرف الناس بالحق وأرحمهم بالخلق

Ahli Sunnah itu manusia yang paling tahu kebenaran dan paling kasih sayang terhadap makhluk.

▫Kelemah lembutan adalah sifat Nabî Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dan ciri dakwah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

(فَبِمَا رَحۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِیظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِی ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِینَ)

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
(QS. Ali-Imran: 159)

Perhatikan bagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengaitkan kelemah lembutan Rasulullah dengan sikap keras yang dapat menjauhkan dari manusia, kemudian Allâh memerintahkan untuk :
1. Memaafkan mereka.
2. Memohonkan ampun bagi mereka.
3. Mengajak mereka bermusyawarah.

▫Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam seringkali berdo’a:

« يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك »

Wahai yang membolak-balikkan hati, kokohkan hati kami di atas agama-Mu.

Karena Allâh lah yang menggenggam hati makhluq dan membolak-balikkannya.

▫Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam juga mengatakan:

إنما الأعمال بالخواتيم

Sesungguhnya amalan itu tergantung akhirnya.”

Yang menjadi acuan itu adalah akhir amalan. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita khusnul khotimah.

– Bersambung in syâ Allâh… –

••• ════ ༻📖༺ ════ ••

Ditulis Oleh :
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma

🗓 24 – 29 Juni 2019
🏙 -Kusuma Agro Wisata, Batu Malang-

Diedit oleh :
📝 TIM Editing AWWI
__________________

👥 WAG Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ TG : https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 FB : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 IG : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad

🔗 Silahkan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.

MEMETIK FAIDAH DAUROH BATU-MALANG KE-20 [ Bagian ke 2 ]

🇸‌🇪‌🇷‌🇮‌🇦‌🇱‌ 🇫‌🇦‌🇼‌🇦‌🇮‌🇩‌

🔗 https://bit.ly/alwasathiyah

MEMETIK FAIDAH DAUROH BATU KE-20

(Bagian 2)

••• ════ ༻📖༺ ════ •••

Faidah Bermanfaat Syaikh Ali Hasan Al-Halabi saat Pembukaan Dauroh

◾Teruslah semangat dalam menuntut ilmu dan terus menambah ilmu secara berkesinambungan, karena manusia secara asal adalah bodoh dan tetap terus berada dalam kebodohan kecuali jika terus belajar.

◾Syaikh membawakan syair :

اطلب العلم ولا تكسل فما أبعد الخير على أهل الكسل
لا تقل قد ذهبت أربابه كل من سار على الدرب وصل

Tuntutlah Ilmu Janganlah malas, karena betapa jauhnya kebaikan dari para pemalas.
Janganlah beralasan para pembesar ilmu sudah pergi, karena siapa yang meniti jalannya akan sampai.

◾Diantara keutamaan ilmu sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim dalam Miftah Dâris Sa’âdah , adalah dijadikannya الكلب المعلم (anjing yang dilatih) memiliki hukum berbeda dengan الكلب الجاهل (anjing tak terlatih), yaitu buruan anjing terlatih halal hukumnya, namun anjing tak terlatih haram.

◾Haruslah membersamai ilmu dengan ar-Rifq (kelemahlembutan) dan Al-Lîn (kehalusan), jangan sampai musuh dakwah lebih lembut dan hikmah dibandingkan kita.

Syaikh al-Albânî rahimahullâhu berkata :

دعوة الكتاب والسنة دعوة الحق والحق ثقيل على الناس فلا نضيف إلى ثقل الحق ثقل الأسلوب

Dakwah yang berlandas al-Qur’an dan sunnah ini dakwah yang benar, dan seringkali kebenaran itu berat bagi kebanyakan manusia. Karena itu janganlah menambah beratnya kebenaran ini dengan beratnya uslub (cara berdakwah).

Karena itu wajib bagi kita berdakwah, menasehati dan mengingatkan, selain dengan ilmu, maka sertai dengan kelemah lembutan dan hikmah.

– Bersambung in syâ Allâh… –

••• ════ ༻📖༺ ════ ••

Ditulis Oleh :
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma

🗓 24 – 29 Juni 2019
🏙 -Kusuma Agro Wisata, Batu Malang-

Diedit oleh :
📝 TIM Editing AWWI
__________________

👥 WAG Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
TG : https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
‌🇫 FB : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 IG : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad

🔗 Silahkan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.