🇸🇪🇷🇮🇦🇱
🇹🇦🇸🇾🇦🇧🇧🇺🇭
PERAYAAN TAHUN BARU ITU SYIAR KAUM KUFFÂR
“`(Bagian 12/13)“`
🔗 https://bit.ly/alwasathiyah
••• ════ ༻🚧༺ ════ •••
Mencukupkan Diri dengan Sunnah
Para pembaca budiman, sesungguhnya mencukupkan diri dengan yang telah diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah jauh lebih baik dan utama bagi kita, sehingga tidak perlu bagi kita mencari selain dari apa yang dituntunkan dan diperintahkan oleh Rabb dan Nabi kita, lalu mengikuti jalannya orang-orang yang bodoh dan menyimpang. Allah Ta’âlâ berfirman,
( ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ )
”Kemudian, kami jadikan kamu di atas syariat dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” ( QS Al-Jatsiyah : 18)
Ibnu Mas’ūd radhiyallâhu ’anhu berkata,
« الاقتصاد في السنة أحسن من الاجتهاد في البدعة »
”Bersederhana di dalam sunnah itu lebih baik daripada bersungguh–sungguh (jawa : ngoyo) di dalam bid’ah.” [ al-I’tishâm II/65-72].
Beliau juga radhiyallahu ‘anhu berkata,
« اتبعوا ولا تبتدعوا فقد كُفیتم »
”Mencontohlah dan janganlah berbuat bid’ah karena kalian telah dicukupi.”
[ Majma’uz Zawâ`id I/181].
Islam adalah agama yang sempurna, tidak butuh lagi kepada penambahan-penambahan, revisi ataupun penilaian dari luar.
Fatwa al-Imâm Ibnu Baz
Ditanya al-Imâm Ibnu Baz rahimahullâh,
”Apa arahan yang mulia tentang peringatan tahun baru dan apa pendapat anda tentangnya?”
Al-Imâm menjawab, ”Perayaan tahun baru adalah bid’ah sebagaimana dijelaskan oleh para ulama dan
masuk ke dalam sabda Nabi Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam,
من أحدث في أمرنا هذا ما لیس منه فهو رد
”Barangsiapa mengada-adakan sesuatu di dalam urusan (agama) ini yang tidak ada tuntunannya maka tertolak. ” Muttafaq ’alaihi (disepakati keshahihannya) dari hadits ‘Aisyah radhiyallâhu ’anhâ.
Nabi Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam juga bersabda
« من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو ردّ »
”Barangsiapa yang mengamalkan suatu perbuatan yang tidak ada perintahnya dari kami maka tertolak.” Dikeluarkan oleh Imâm Muslim di dalam Shahîh-nya.
Nabi ’alaihi ash-Sholâtu was Salâm juga bersabda di tengah khutbah Jum’at,
« أما بعد فإن خیر الحدیث كتاب االله, وخیر الهدي هدي محمد صلى االله علیه وسلم, وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة »
”Amma Ba’du, Sesungguhnya sebaik–baik perkataan adalah Kitâbullâh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad _Shallâllâhu ’alaihi wa Sallâm_. Seburuk-buruk suatu perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah itu sesat.”
Dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya.
An-Nasâ`î menambahkan di dalam riwayatnya dengan sanad yang shahih,
« وكلّ ضلالة في النار »
”Dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka.”
Maka wajib bagi seluruh muslim baik pria maupun wanita untuk berhati-hati dari segala bentuk bid’ah. Islam dengan segala puji bagi Allah telah mencukupi segala hal dan telah sempurna. Allah Ta’âlâ berfirman,
( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلٰمَ دِينًا )
”Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan aku sempurnakan nikmat-Ku serta Aku ridhai Islâm sebagai agama kalian.” ( QS al-Mâ`idah :3)
Allah telah menyempurnakan bagi kita agama ini segala yang disyariatkan baik berupa perintah maupun segala yang larangan dilarangnya. Manusia tidak butuh sedikitpun kepada bid’ah yang diada-adakan oleh seorangpun, baik itu bid’ah perayaan maupun selainnya.
Segala bentuk perayaan, baik itu perayaan kelahiran Nabi _Shallâllâhu ’alahi wa Sallam, atau peringatan kelahiran (Abu Bakr) ash-Shiddiq, ’Umar, ’Utsmân, ’Alî, Hasan, Husain atau Fâthimah, ataupun Badawî, Syaikh ’Abdul Qadîr Jailânî, atau Fulan dan Fulanah, semuanya ini tidak ada asalnya, mungkar dan dilarang. Semua perayaan ini masuk kedalam sabda Nabi, ”setiap bid’ah itu sesat”.
Untuk itu tidak boleh bagi kaum muslimin untuk merayakan bid’ah ini walaupun manusia mengamalkannya, karena perbuatan manusia itu bukanlah dasar syariat bagi kaum muslimin dan tidak pula qudwah (teladan) kecuali apabila selaras dengan syariat.
Semua perbuatan dan keyakinan manusia harus ditimbang dengan timbang syar’î yaitu Kitâbullâh dan Sunnah Rasulullah Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam. Apabila selaras dengan keduanya maka diterima dan apabila menyelisihi ditolak, sebagaimana firman Allah Ta’âlâ,
( فَإِنْ تَنٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ ۚ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا )
”Apabila kalian berbeda pendapat tentang sesuatu hal maka kembalikanlah kepada Allah ( Kitâbullâh) dan Rasul (hadits) apabila kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian ini adalah lebih baik akibatnya.”
Semoga Allah memberikan taufiq dan petunjuk-Nya kepada semuanya ke jalan-Nya yang lurus.
[ Fatâwâ Nūr ’alad Darb; kaset no.1]
– Bersambung in syaa Allah... –
••• ════ ༻🚧༺ ════ •••
Dialihbahasakan oleh :
✒️ @abinyasalma
Diedit oleh :
📝 TIM Editing AWWI
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@alwasathiyah
__________________
👥 WAG Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ TG : https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 FB : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 IG : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad
🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.