┏━━━━━━━━━━━━━┓
Question Answer 🎙️
┗━━━━━━━━━━━━━┛
CARA MENGATASI RASA TAKUT
PERTANYAAN :
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustadz bagaimana caranya menghilangkan rasa takut?
Padahal sudah baca al-Baqarah. Takut dosa. Takut anak lagi kena bisikin setan.
Sudah makan obat tapi belum juga tenang.
Mohon nasehatnya, ustadz.
wassalam
➖➖➖➖➖➖➖
JAWABAN :
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh.
Yang pertama harus dipahami bahwasanya rasa takut atau khauf itu jika ditinjau dari sisi agama Islam ada beberapa macam :
🔴 (1). Al-Khauf (rasa takut) yang bersifat THABI’I.
Yaitu rasa takut yang bersifat tabiat atau watak bawaan dari manusia.
Karena semua (manusia) sudah dikaruniakan oleh Allah.
Ada yang namanya al-Masyā’ir atau perasaan. Dimana manusia bisa mengalami kesedihan, kebahagiaan, kecewa, dan sebagainya. Dan ini adalah suatu hal yang bersifat manusiawi.
Manusia memiliki emosi dalam dirinya sehingga dia bisa bergembira, bahagia, sedih, marah, dan sebagainya
Dan manusia bisa mengalami ketakutan. Ini adalah suatu hal yang bersifat alami. Semua manusia memiliki sifat seperti ini.
Namun yang jadi masalah adalah jika seseorang memiliki ketakutan-ketakutan yang berlebihan ataupun yang tidak beralasan.
Karena seringkali emosi di dalam diri manusia itu disebabkan banyak faktor.
Ada faktor internal dan eksternal sebagai pemicunya.
Misal :
● Saat seseorang melihat sesuatu yang membahagiakan dia, maka dia akan menjadi bahagia.
● Saat dia melihat sesuatu yang menyedihkan, maka itu akan membuat dia menjadi sedih.
● Saat dia melihat sesuatu yang menakutkan dirinya maka dia akan menjadi takut, dan ini wajar.
Seperti jika ada manusia yang takut dengan tempat yang tinggi, tempat sepi, tempat gelap, dan sebagainya. Maka ini adalah sesuatu yang bersifat watak manusia (tabiat dasar manusia).
Misalnya juga seseorang yang takut dengan hewan buas, dan takut dengan orang jahat, yang intinya hal-hal tersebut memang berpotensi besar bisa mencederai dirinya maka hal-hal seperti ini adalah suatu hal yang manusiawi atau lumrah sekali.
🔴 (2). Rasa Takut yang Bernilai Ibadah.
Apabila ketakutan ini ditujukan pada Allah maka akan mendapatkan pahala. Bahkan Allah akan memberikan surga-Nya.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Ar-Rahman ayat 46,
(وَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.”
Lalu firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat An-Naziat ayat 40-41,
(وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ)
“Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal dirinya.”
Ini adalah rasa takut yang terpuji (al-khauf al-mahmud).
Takut dengan adzab Allah, takut dengan siksa Allah.
Karena tidak ada yang paling kita takuti kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu kita juga mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, dan kita mengharap pahala dari Allah.
Namun apabila kita merasa takut yang ditujukan kepada selain Allah, maka bisa jatuh kepada kesyirikan . Wal ‘iyadzu billah.
Contohnya adalah rasa takut yang para ulama menyebutnya sebagai al-khauf as-sirri (takut akan hal-hal yang tidak tampak).
Misalnya ada keyakinan orang-orang yang mengatakan ini adalah tempat yang dikeramatkan, ini adalah tempatnya Nyi Roro Kidul. Kalau lewat disitu orang-orang takut karena khawatir nanti Nyi Roro Kidul atau penunggu-penunggunya akan memberikan mudarat kepadanya.
Jika dia takutnya karena gelapnya maka ini bersifat tabiat.
Tapi jika dia takut nanti ada Nyi Roro Kidul, ada setan, atau ada jin yang akan memberikan bala kepadanya, maka ini bisa menyebabkan dia jatuh kepada kesyirikan .
Dahulu ketika Rasulullah ﷺ mendakwahkan tauhid, beliau oleh orang-orang musyirikin Quraisy ditakut-takuti bahwasanya nanti Latta, Uzza, dan semisalnya, akan marah dan menimpakan bala kepada Rasulullah ﷺ.
Jadi jika kita takut akan hal-hal seperti ini maka akan bisa menyebabkan jatuh kepada kesyirikan. Oleh karena itu kita tidak boleh takut dengan ketakutan yang seperti ini.
🔴 (3). Rasa Takut yang Bisa Menimbulkan Maksiat.
Rasa takut seperti ini akan menjadikan kita berdosa dan bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Misalnya, saking takutnya kita kepada orang lain akhirnya kita meninggalkan perintah Allah dan melaksanakan apa yang dilarang oleh Allah.
Seperti kita takut dengan atasan/bos kita sehingga akhirnya meninggalkan shalat. Rasa takut kita kepada bos kita menyebabkan kita jatuh kepada kemaksiatan dan ini adalah suatu hal yang buruk dan tidak diperbolehkan.
🔴 (4). Rasa Takut yang Tidak Beralasan.
Rasa takut yang seperti ini dikategorikan oleh Al-Hafidz Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang dialami oleh manusia.
Yaitu muncul rasa takut yang tidak beralasan, tidak ada penyebabnya.
Tiba-tiba dia merasa gelisah, gundah, khawatir, takut dan semisalnya. Dan yang seperti ini banyak faktornya yang bisa bercampur dengan was-was setan.
Namun bisa juga karena dari fitrah atau bagian dari kejiwaannya yang mengalami kerusakan sehingga dia merasakan ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa cara mengendalikan rasa takut yang tidak beralasan adalah berusaha mengendalikan fitrah kita, rasa khauf kita, keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Karena hanya Allah yang layak untuk ditakuti.
Semua selain Allah tidak akan bisa memberikan madarat dan bala kepada kita.
Dan semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala, dan Allah-lah Yang berhak untuk mengambilnya, sehingga kita tidak perlu khawatir dan takut.
Jadi, yang pertama, kita harus mengimani Allah subhanahu wa ta’ala.
Dan kita harus kembali memupuk iman kita kepada Allah, memupuk keimanan kita dengan nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat Allah yang mulia.
Karena bahwasanya Allah adalah Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Allah Maha Bijaksana, Maha Adil.
Dan semua yang Allah berikan kepada kita, maka itu adalah keadilan Allah.
Kita wajib bersabar apabila itu adalah musibah, dan kita wajib bersyukur apabila itu berupa nikmat.
Kita harus memupuk keimanan kita kepada Allah di dalam nama dan sifat-sifatnya. Tentunya untuk mengetahui ini kita harus belajar menuntut ilmu.
Yang paling penting adalah :
(1). MA’RIFATULLAH (mengenal Allah).
Mengenal Allah dengan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya kemudian berusaha untuk merenunginya dan mengaplikasikannya.
Orang-orang yang seperti ini insyaAllah Ta’ala akan mendapatkan ketenangan di dalam hidupnya.
(2). Mengimani QADHA’ & QADAR.
Bahwasanya takdir Allah yang baik dan yang buruk semuanya sudah diputuskan/ditentukan oleh Allah. Segala sesuatu yang Allah tetapkan untuk kita maka tidak akan luput dari kita, dan apa yang Allah telah tetapkan luput dari kita maka tidak akan bisa mengenai kita atau tidak akan terjadi pada kita, meskipun manusia dan jin semuanya berkumpul untuk mencederai kita.
Kita wajib mengimani semua al-Qadha & al-Qadar. Allah Maha Adil dengan segala qadha & qadar -Nya.
Dengan begini akan menyebabkan seorang muslim menjadi qana’ah, damai, dan tenang. Untuk mengetahui semua ini tentunya harus belajar, menuntut ilmu.
(3). Kembali Berinteraksi dengan Al-Qur’an al-Karim.
Tilawah al-Qur’an banyak sekali fadhilah/ keutamaannya. Allah subhanahu wa ta’ala sendiri sudah mengatakan bahwa,
(هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ)
“Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman…”
(Fussilat: 44).
Al-Qur’an adalah obat penawar segala bentuk penyakit kegelisahan hati, gundah gulana, dimana semua ada di dalam Al-Qur’an.
Para ulama mengatakan bahwa yang namanya berinteraksi dengan Al-Qur’an bukan hanya tilawah, bukan sekedar membacanya saja. Tapi juga harus merenungkannya, berusaha memahami maknanya, membaca tafsir-tafsirnya.
Karena apabila kita membaca Al-Qur’an dan berusaha memahaminya maka insya Allah itu akan mendatangkan kedamaian, ketenangan, dan ketentraman bagi seseorang.
(4). Banyak berdzikir kepada Allah (istighfar, tahmid, takbir).
Berdzikir kepada Allah mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Karena berdzikir akan menenangkan hati.
Dzikir tidak terbatas dengan hanya mengucapkan, “Subhāna robbiyal a’zhīmi wa bihamdih,” tapi termasuk aktivitas berdzikir juga, adalah dengan membaca Al-Qur’an.
Termasuk juga ketika kita menghadiri majelis ilmu, dan belajar, menuntut ilmu, juga termasuk aktivitas berdzikir.
Karena Allah subhanahu wa ta’ala berkata,
(فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)
“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
(An-Nahl: 43, Al-Anbiya: 7)
Artinya, belajarlah dengan orang-orang yang berilmu. Dan orang-orang yang berilmu, dikatakan Allah sebagai Ahlul Dzikri. Maksudnya adalah Ahlul Ilmu (orang-orang yang berilmu).
(5). Berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Hendaknya kita mencoba menghafal do’a-do’a Nabi ﷺ.
Do’a-do’a Nabi yang diajarkan kepada kita seperti do’a meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menghilangkan segala gundah gulana kita, rasa takut kita.
Tentunya banyak sekali do’a-do’a yang baik.
Kita bisa membacanya di buku-buku seperti di HISHNUL MUSLIM karya Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahtani, atau KUMPULAN DO’A DAN DZIKIR karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Di antara do’a yang diajarkan Nabi ﷺ adalah,
اللَّهُـمَّ إِنِّـى أَعُـوذُ بِـكَ مِـنَ الْعَجْـزِ وَالْكَسَـلِ وَالْجُبْـنِ وَالْهَـرَمِ وَالْبُخْـلِ وَأَعُـوذُ بِـكَ مِـنْ عَـذَابِ الْقَبْـرِ وَمِـنْ فِتْنَـةِ الْمَحْـيَـا وَالْمَـمَـاتِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.”
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).
(HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
Masih banyak do’a-do’a untuk menghilangkan rasa takut, karena Allah subhanahu wa ta’ala yang memegang hati setiap hamba-Nya, membolak-balikkan hati setiap hamba-Nya, dan menghilangkan ketakutan.
(6). ILZAM ASHHABISH SHOLIHIN
Yaitu berkawan dengan orang-orang yang sholeh / orang yang baik-baik.
Berkawan dengan orang-orang seperti ini manfaatnya adalah ketika kita down / terpuruk dan tidak bersemangat, maka dia memberikan kita semangat, nasihat / wejangan, agar kita menjadi kuat.
Namun sebaliknya, kita jangan malah berkawan dengan orang-orang yang suka menakut-nakuti kita, semakin membuat kita gundah gulana, maka kawan yang seperti ini lebih baik ditinggalkan.
“Carilah kawan yang shalihah yang senantiasa mengingatkan kita kepada kebaikan, senantiasa menopang dan mendukung kita.”
Semoga kawan yang seperti ini bisa memberi manfaat.
Wallahu ta’ala a’lam bish shawab
🎙Jawaban Q&A : Ustadz Abu Salma Muhammad حفظه الله تعالى
🖊Transkrip : Tim Transkrip AWWI
______________
👤👥 Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal I’tidål
📧 Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 Facebook : http://fb.me/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📸 Instagram : http://instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : http://mixlr.com/abusalmamuhammad/