••• ════ ༻💎༺ ════ •••
PRINSIP KEEMPAT
(Bagian 1/2)
ISTIQOMAH YANG DITUNTUT DARI SEORANG HAMBA ADALAH AS–SADÂD (BERSIKAP LURUS), JIKA IA TIDAK MAMPU MAKA IA MUQÔROBAH (BERUSAHA MENDEKATINYA)
Nabi ﷺ menghimpun dua kata ini -yaitu as-Sadâd dan al-Muqôrobah– dalam sabdanya :
إِنَّ هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
“ Sesungguhnya agama ini mudah dan tiada seorang pun yang bersikap keras di dalam agama melainkan ia akan terkalahkan. Karena itu bersikap luruslah, dekati dan berilah kabar gembira .”
Yang dituntut dari keistiqomahan itu adalah as-Sadâd , dan yang dimaksud dengan as-Sadâd itu adalah menepati (sesuai dengan) sunnah .
Nabi ﷺ berkata kepada ‘Alî Radhiyallâhu ‘anhu ketika beliau meminta kepada Nabi ﷺ untuk diajarkan sebuah doa yang bisa beliau panjatkan. Nabi ﷺ mengatakan :“ Katakanlah (wahai Ali), Ya Allâh, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskan diriku .”
Kemudian Nabi ﷺ melanjutkan :
وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ وَالسَّدَادِ سَدَادَ السَّهْمِ
“ Jadikanlah petunjuk-Mu sebagai petunjuk jalan bagiku dan kelurusan bagiku sebagaimana lurusnya anak panah.”
Maka dari itu seorang hamba dituntut agar ber-sungguh-sungguh di dalam mencocoki as-Sadâd, mencocoki petunjuk Nabi ﷺ, manhaj dan jalan beliau.
Hendaknya ia berusaha dengan sungguh-sungguh mencocoki kesemua hal ini. Apabila ia belum sanggup maka hendaknya ia melakukan muqôrobah (mendekati sunnah.
Allâh ﷻ berfirman :
فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ
“ Maka tetaplah kalian istiqomah di jalan-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS Fushshilât : 6).
Penyebutan istighfar (pemohonan ampun) setelah perintah untuk istiqomah menunjukkan bahwa seorang hamba itu biar bagaimanapun pasti memiliki kekurangan meski ia telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bisa istiqomah.
Karena itulah Ibnu Rojab al-Hanbalî Rahimahullâhu berkata : “Di dalam firman Allâh ﷻ (yang artinya) : “ Maka tetaplah kalian istiqomah di jalan-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya”, menunjukkan bahwa pasti akan ada kekurangan di dalam istiqomah yang diperintahkan di dalam ayat tersebut, lalu ia diharuskan untuk ber-istighfar yang merupakan konsekuensi dari taubat lalu kembali lagi istiqomah.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ kepada Mu’âdz Radhiyallâhu ‘anhu : “ Bertakwalah kamu kepada Allâh dimanapun kamu berada, dan sertailah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya.”
[ Bersambung, insyaAllah… ]
••• ════ ༻💎༺ ════ •••
🔍 Dicuplik dari e-book :
10 PRINSIP MERAIH ISTIQOMAH
karya Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr.
Dialihbahasakan oleh:
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma
🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.
__________________________
👥 Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad