••• ════ ༻💎༺ ════ •••
PRINSIP KETIGA
POKOK KEISTIQOMAHAN ADALAH ISTIQOMAHNYA HATI
Imam Ahmad Rahimahullâhu meriwayatkan hadits Anas bin Mâlik Radhiyallâhu ‘anhu dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda :
“ Iman seorang hamba takkan pernah istiqomah sampai hatinya juga istiqomah.”
Jadi, pokok keistiqomahan itu adalah istiqomahnya hati Karena apabila hati itu baik, maka akan turut tegak (istiqomah) badannya.
Al-Hâfizh Ibnu Rojab Rahimahullâhu berkata: “ Pokok keistiqomahan itu adalah istiqomahnya hati di atas tauhid”.
Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Abû Bakr ash-Shiddîq Radhiyallâhu ‘anhu dan selain beliau tentang firman Allâh :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allâh kemudian mereka beristiqomah…” (QS al-Ahqâf : 13)
Yaitu, mereka tidak akan mengalihkan pandangan kepada Allâh.
Maka, setiap kali hati itu istiqomah di atas ma’rifah (pengetahuan) terhadap Allâh, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, memuliakan-Nya, mencintai-Nya, menginginkan-Nya, mengharapkan-Nya, ber-doa kepada-Nya, bertawakkal pada-Nya dan ber-paling dari selain-Nya, maka akan istiqomah pula seluruh anggota tubuhnya di atas ketaatan kepada Allâh.
Karena sesungguhnya, hati itu adalah raja bagi anggota tubuh dan anggota tubuh adalah bala tentaranya. Apabila seorang raja istiqomah, maka akan istiqomah pula bala tentara dan rakyatnya.”
Di dalam Shahîhain dari Nu’mân bin Basyîr Radhiyallâhu ‘anhumâ beliau berkata : Saya mendengar Rasulullâh ﷺ bersabda :
“ Sesungguhnya di dalam jasad itu ada sekerat daging. Jika sekerat daging itu baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya. Namun jika ia rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa sekerat daging itu adalah hati”
Ibnul Qoyyim Rahimahullâhu berkata di dalam pendahuluan buku beliau yang berjudul Ighâtsah al-Lahafân min Mashâ`id asy-Syaithân (I/5) : “Manakala hati itu kedudukannya terhadap anggota tubuh seperti raja yang bisa mengatur bala tentara-nya, dimana semuanya berasal dari keputusannya dan ia berhak menggunakan (wewenangnya) se-kehendaknya, maka semuanya ini berada di bawah ketundukan dan kekuasaannya.
Dari (wewenangnya) ini ia mendapatkan keistiqomahan atau penyimpang-an, dan ia diikuti atas segala keputusan yang diambil atau dibatalkannya.
Nabi ﷺ bersabda : “ Ketahuilah, bahwa sungguh di dalam jasad itu ada sekerat daging. Jika sekerat daging itu baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya. Namun jika ia rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa sekerat daging itu adalah hati.”
Hati itu adalah rajanya dan tubuh melaksanakan semua yang diperintahkan oleh sang raja (yaitu hati), dengan mengharapkan imbalan hadiah dari sang raja. Tidaklah akan istiqomah sedikitpun amalan tubuh ini kecuali apabila berasal dari maksud dan niat hati, dan hatilah penanggung jawab atas seluruh anggota tubuh.” [selesai ucapan Ibnul Qoyyim]
Karena itulah Allâh ﷻ berfirman :
يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَال وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡب سَلِيم
“ Hari dimana tidaklah bermanfaat harta dan tidak pula anak-anak, melainkan orang yang datang menghadap Allâh dengan hati yang selamat” (QS asy-Syu’arâ : 88-89).
Dan diantara doa yang dipanjatkan Nabi ﷺ adalah : “ Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu hati yang selamat.”
[ Bersambung, insyaAllah… ]
••• ════ ༻💎༺ ════ •••
🔍 Dicuplik dari e-book :
10 PRINSIP MERAIH ISTIQOMAH
karya Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr.
Dialihbahasakan oleh:
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma
🔗 Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber.
__________________________
👥 Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal-I’tidāl
✉ Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
🇫 Facebook : fb.com/wasathiyah
📹 Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : instagram.com/alwasathiyah
🔊 Mixlr : mixlr.com/abusalmamuhammad