Question Answer Audio 🔈
MENYIKAPI FENOMENA DA’I GAUL DI MEDSOS
⚠☢
PERTANYAAN :
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, bagaimana kita menyikapi dengan dakwah-dakwah yang berusaha untuk memasuki anak-anak muda namun dengan menggunakan istilah-istilah GAUL dimana saat ini dengan ngetren dan lagi viral, dg sebutan-sebutan seperti
Nabi Musa itu adalah PREMANNYA PARA NABI
AISYAH ITU TRAVELLER DAN CEWEK GAUL…
Bagaimana sikap kita ustadz?
Jazâkallâhu khayran
➖➖➖➖➖➖➖
Jawaban :
وعليكم السَّلام ورحمةاللّٰه وبر كاته
Jawabannya adalah :
1. Kita harus meyakini bahwa agama Islam ini adalah agama yang sempurna. Agama yang mengajarkan kesempurnaan dalam segala hal. Islam ini sudah sempurna, agama yang comprehensive. Tidak butuh tambahan dan pengurangan.
Nabi ﷺ adalah manusia paling hikmah, manusia yang paling bijaksana. Manusia yang paling sempurna, sehingga wajib kita jadikan beliau qudwah dalam segala hal.
2. Agama kita adalah agama yang berangkat di atas nasehat.
الدين النصيحة
AGAMA ITU NASIHAT
( HR Muslim no 55 & 95).
Jadi, seluruh agama kita ini berporos pada nasehat, karena nasehatlah yang akan memperbaiki urusan umat ini. Baik itu nasehat untuk diri sendiri, orang lain, keluarga, kawan, masyarakat hingga umara’ /ulil amri.
3. Agama kita mengajarkan adab dan akhlaq yang tinggi dan mulia. Tidak ada selain Islam yang seperti ini. Bahkan terhadap orang-orang kafir saja, ada adab dan akhlaq yang diatur oleh Islam yang diajarkan Nabi ﷺ.
Lalu bagaimana adab dan akhlaq muslim terhadap orang-orang sholih ?
Orang-orang yang lebih baik lagi, para Nabi dan Rosul, termasuk istri-istri beliau ?
Maka tentunya lebih utama kita tunjukkan adab dan akhlaq yang baik terhadap mereka. Kita harus menunjukkan sikap memuliakan/menghormati mereka.
Bukannya malah, demi simpati kawula muda, kita gunakan istilah-istilah yang mencoreng dan mencederai kehormatan mereka. Seperti Nabi Musa عليه السلام yang disebut dengan istilah premannya para nabi. Meski katanya, dia minta maaf dan mengakuinya sebagai pemilihan diksi yang salah.
Tapi, dia tidak melakukan klarifikasi terhadap diksi-diksi lainnnya, semisal terhadap ibunda ‘Aisyah رضي الله عنها yang disebutnya dengan cewek traveller dan gaul.
Ibunda Khodijah disebut dengan istilah DJ.
Adapula Nabi yang disebut dengan konser, main parkhour. Dan banyak lagi istilah yang tidak pantas dan buruk.
Bahkan lebih daripada itu والعياذ بالله……,
Adab dan akhlaq buruk terhadap Allah ﷻ pun juga dilakukan, hanya demi mendapatkan penerimaan dari kalangan anak muda zaman ini…….
( inilah alasannya,… katanya).
Allah عَزَّوَجَلَّ dikatakan online 24 jam lah… Allah So Sweet banget… Dikatakan Mak Comblang… Nge-Read, dll..
Doa disamakan dengan chat whatsapp yang seolah-olah telah di “read” olehNYA.
Sungguh ini adalah label-label yang buruk terhadap Allah سبحانه وتعالي.
Tidaklah layak disandingkan dengan kata Allah ﷻ
Dimanakah adab & akhlaq si pembicara ?
Mana adab & akhlaqnya ?………
Apakah yang sesungguhnya hendak dia sampaikan kepada kawula muda tersebut, apabila si pembicara saja sudah tidak mampu menjaga adab dan etikanya kepada Allah?! Bukankah ini mencoreng bahkan mencederai adab dan akhlaqnya sendiri terhadap orang-orang sholih, terlebih-lebih terhadap Allah ﷻ !!…….
Apa yang dia inginkan ?
Sungguh semua ini adalah keburukan.
Jangan hanya lantaran supaya dakwah kita diterima, kitapun berkata atau memilih diksi yang megandung makna buruk.
Sungguh tugas seorang Da’i itu adalah :
menyampaikan ilmu dan kebenaran dengan semampunya, namun dengan cara yang sebaik-baiknya.
Lalu selebihnya serahkan kepada Allah ﷻ
Adapun orang mau menerima dakwah kita atau tidak, maka itu bukanlah hak kita, bukan pula wewenang kita.
Semua itu hak prerogatif Allah سبحانه وتعالي.
Menyampaikan sebuah nasehat, tentunya dengan metode yang hikmah & cara yang baik.
Bukan semata-mata demi penerimaan, lalu melakukan _tanâzul_ (merendahkan diri kita) bahkan merusak muru’ah (wibawa) kita.
Misalkan, berawal dari busana yang trend anak muda agar dikatakan gaul. Karena prinsipnya bahwa sesama anak gaul akan lebih mudah diterima dalam kelompoknya. Akhirnya cara berkomunikasi pun disesuaikan dengan bahasa gaul yang justru seringkali mencoreng adab dan akhlaq selaku muslim.
Bahkan makin tidak punya etika terhadap orang-orang sholih yang seyogyanya dimuliakan dan dihormati.
Saya pribadi dan teman-teman penuntut ilmu tidak akan terima jika dikatakan bahwa istri kami adalah wanita gaul, karena konotasi “gaul” dalam budaya kita adalah buruk.
Wanita yang sholihah itu bukannya tidak bisa bergaul… Bukan seperti itu…
Istilah tersebut tidak mencerminkan adanya muru’ah/kehormatan seorang wanita muslimah.
Sama juga dengan istilah “preman” yang disandingkan dengan kata Ustadz, menjadi premannya para Ustadz….. Ini juga sama buruknya.
Apalah lagi jika disematkan pada sosok orang-orang sholih, sekelas para Nabi dan Rosul.
Hendaknya para da’i yang ingin berdakwah, tempuhlah cara-cara yang lebih benar, dengan berdasarkan ilmu. Tidak sekedar, apa yang disampaikan bisa diterima jama’ahnya.
Tidak demikian!!!
Dakwah itu memperbanyak ucapan qolallah wa qola rosul, serta aqwal para ulama.
Dakwah yang paling utama adalah seruan terhadap TAUHID – MELURUSKAN AQIDAH UMAT
Fokus diatasnya karena tauhid adalah akar dan fondasi dakwah.
Kelak, batang, cabang dan rantingnya semuanya mengikuti.
Kewajiban saya hanya menyampaikan, dan ini adalah nasehat. Jika ada yang baper dan marah, maka silakan…
Wallahu ta’ala a’lam bish shawab
🎙Jawaban Q&A : Ustadz Abu Salma Muhammad Muhammad حفظه الله تعالى
🖋Transkrip oleh : Ika Ummu Royyan
__________________
✉Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal I’tidål
♻Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
💠Facebook : http://fb.me/wasathiyah
🔰Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : http://instagram.com/alwasathiyah
🌀Mixlr : http://mixlr.com/abusalmamuhammad/