Q&A : HUKUM MAINAN BONEKA ANAK BERBENTUK BINATANG

Question Answer Audio 🎙️

HUKUM MAINAN BONEKA ANAK BERBENTUK BINATANG 🐼

PERTANYAAN :

Assalamu’alaikum warrohmatullah wabarokatuh..

Ustadz, apakah mainan anak-anak seperti boneka yang berbentuk binatang apakah dihukumi sama seperti makhluk hidup seperti patung?
جزاكم الله خيرا..

➖➖➖➖➖➖➖

JAWABAN :

Wa’alaykumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Mainan anak-anak seperti boneka berbentuk binatang ataupun berbentuk makhluk bernyawa lainnya maka ini ada perinciannya.

Yang pertama yang harus difahami adalah :

🔼 Jika itu memang ditujukan untuk anak-anak dan ada nilai-nilai pendidikannya,
🔼 Ada manfaat buat anak-anak bermain boneka tersebut, seperti menumbuhkan rasa cinta si anak, merangsang empati si anak,
🔼 Dengan bermain boneka tersebut muncul perasaan anak untuk menyayangi dan mengasihi

Dan di dalam Islam sebagaimana dijelaskan oleh para ulama bahwasanya ada hal yang bersifat RUKSHOH (keringanan) yang dimana sesuatu itu yughtafar (dimaafkan/diampuni) untuk anak-anak.
Namun lâ yughtafar lil kibari (tetapi tidak diberi dispensasi untuk orang dewasa).

Kaidahnya adalah :
يغتفر للصغير ما لا يغتفر للكبير
Dimaafkan bagi anak-anak tapi tidak dimaafkan bagi orang dewasa.

Artinya kalau itu untuk anak-anak maka diperbolehkan boneka tersebut, tetapi untuk orang dewasa yang bermain boneka tersebut atau untuk koleksi dan dijadikan pajangan maka ini tidak diperbolehkan. Apalagi dipajang karena dikhawatirkan sama dengan patung.

Tapi kalau memang itu disimpan dan digunakan untuk permainan anak-anak saja, meskipun itu utuh berwujud makhluk bernyawa, maka sejumlah ulama – dan ini pendapat yang râjih insyaa Allâh – adalah membolehkannya.

Jadi memang ada hal-hal yang rukshoh bagi anak- anak akan tetapi tidak boleh untuk orang dewasa. Ini yang harusnya kita fahami.

Termasuk juga pakaian ataupun tas atau pernak pernik aksesoris anak-anak yang ada gambar makhluk bernyawa seperti gambar hello kitty dan semisalnya, maka hal ini mendapatkan rukshah atau keringanan walaupun lebih baik adalah meninggalkan hal ini. Agar anak- anak mereka tidak ngefans misalnya dengan kostum yang ada gambar sinchan, doraemon ataupun tokoh-tokoh yang tidak begitu mendidik.

Namun kalau itu hanya sekedar gambar saja dan ada nilai edukasinya maka hal ini tidak mengapa.
Inilah yang saya fahami dari penjelasan Syaikh Amin al-Anshori dan Syaikh Musthofa al-Adawi حفظهما الله تعالى.

Wallahu ta’ala a’lam bish shawaab

🎙️ Dijawab oleh :
Ustadz Abu Salma Muhammad حفظه اللّٰه تعالى

🖋️Ditranskrip oleh : ukhti Uray Sriwahyuni
________________

✉Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal I’tidål
♻Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
💠Facebook : http://fb.me/wasathiyah
🔰Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : http://instagram.com/alwasathiyah
🌀Mixlr : http://mixlr.com/abusalmamuhammad/

Q&A : NASEHAT ULAMA TENTANG HADITS RASUL ﷺ TIDAK MENGAKUI UMATNYA YANG BERKAWAN DENGAN PENGUASA DZALIM

Question Answer📌

NASEHAT ULAMA TENTANG HADITS RASUL ﷺ TIDAK MENGAKUI UMATNYA YANG BERKAWAN DENGAN PENGUASA DZALIM ⚖

PERTANYAAN :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah limpahkan keberkahan untuk Ustadz & keluarga.
Afwan Ustadz, ana izin bertanya.
Apakah tulisan dibawah ini dengan penukilan hadits nya adalah shahih…?


RASUL ﷺ TIDAK MENGAKUI UMATNYA YANG BERKAWAN DENGAN PENGUASA DZALIM

Saya heran mengapa hadits ini jarang dibahas atau hampir-hampir tidak terdengar ataukah mungkin kita yang lalai?

↪Rasulullah ﷺ bersabda, “Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin?
Siapa yang masuk kepada mereka lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tidak akan menemuiku di telaga”. (HR Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).

Hai muslim, tahukah kamu apa itu telaga Nabi ﷺ? Setiap Nabi memiliki telaga dan mereka berbangga dengan banyak pengikutnya yang akan singgah padanya.
Telaga Rasul kita Muhammad ﷺ adalah paling ramai. Padanya ada gelas yang jumlahnya seperti bintang di langit. Siapa yang meminum darinya tidak akan haus selamanya. Telaga ini terletak di padang Mahsyar sebelum para hamba melewati shirath. Airnya mengalir dari sungai/telaga Kautsar yang ada di Jannah namun sayang, ada umat Nabi ﷺ yang akan diharamkan dan diusir dari telaganya.
Tahukah kamu siapa mereka?

Akan ada pemimpin-pemimpin pandai berdusta dan mendzalimi rakyatnya.
Siapa yang berkawan dengan mereka, selalu membenarkan keputusan pemerintah meski dengan modal dusta, menyokong mereka menzalimi rakyat

Rasulullah ﷺ mengancam mereka. Mereka tidak diakui sebagai pengikut Rasul ﷺ meskipun mereka merasa diri sebagai pengikut Sunnah/Salaf. Rasul ﷺ tidak sudi dianggap oleh mereka. Wa Lastu Minhu. Mereka diusir dari telaga Nabi ﷺ.

Wahai Ulama…
Wahai Ustadz…
Wahai Muslim…
Ittaqullah…

Kamu merasa di atas Sunah Rasul ﷺ padahal beliau tidak akui karena kamu selalu membela penguasa dzalim.
Syukron Ustadz, jazaakallahu khairan.

➖➖➖➖➖
JAWABAN

وعليكم السَّلام ورحمةاللّٰه وبر كاته

Ini penulis nya siapa ya?
Mungkin kurang “piknik” ilmu sehingga menganggap jarang dibahas.
Padahal ulama salafi banyak yang membahas hadits seperti ini yang masuk ke dalam ahadits fitan diantaranya al-Allâmah Hammud at-Tuwaijiri dalam buku beliau
Ithâful Jamâ’ah bimâ jâ’a fîl Fitani wal Malâhim wa Asyrâthis Sâ’ah…

Itu hadits Ka’ab bin Ujroh yang banyak dibahas oleh para ulama dan masyaikh. Redaksi arabnya :

وعن كعب بن عجرة رضي الله عنه؛ قال: خرج إلينا رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن تسعة، خمسة وأربعة؛ أحد العددين من العرب والآخر من العجم، فقال: «اسمعوا! هل سمعتم أنه سيكون بعدي أمراء؛ من دخل عليهم، فصدقهم بكذبهم، وأعانهم على ظلمهم؛ فليس مني، ولست منه، وليس بوارد علي الحوض، ومن لم يدخل عليهم، ولم يصدقهم بكذبهم، ولم يعنهم على ظلمهم؛ فهو مني، وأنا منه، وسيرد علي الحوض» .
رواه: الترمذي، والنسائي، وابن حبان في “صحيحه”، والحاكم في “مستدركه”، وقال الترمذي: “هذا حديث صحيح غريب

Untuk memahami hadits-hafits fitnah harus merujuk kepada aqwalil (perkataan) ulama dan dikembalikan kepada hadits² lainnya…

Hadits di atas tidak MENAFIKAN puluhan hadits-hadits lain yang memerintahkan itu mendengar dan taat SELAMA BUKAN DALAM HAL MAKSIAT. Diantaranya hadits Nabî yang MUTTAFAQ ALAYHI

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” السمع والطاعة على المرء المسلم فيما أحب وأكره ما لم يؤمر بمعصية فإذا أمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة ” (متفق عليه)

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda :
Wajib seorang muslim MENDENGAR DAN TAAT di dalam hal yang ia sukai atau ia benci selama TIDAK DIPERINTAHKAN UNTUK MAKSIAT. Apabila ia diperintah untuk maksiat maka tidak boleh dengar dan taat. (Bukhari Muslim)

Hadits yang lebih tegas lagi, yang diriwayatkan Imam Muslim :

الله صلى الله عليه وسلم : ” يكون عليكم أمراء تعرفون وتنكرون فمن أنكر فقد برئ ومن كره فقد سلم ولكن من رضي وتابع ” قالوا : أفلا نقاتلهم ؟ قال : ” لا ما صلوا لا ما صلوا ” أي : من كره بقلبه وأنكر بقلبه .

“Akan datang para penguasa, kalian mengenal mereka namun kalian mengingkari (perbuatan mereka), siapa yang tahu (kemungkarannya) hendaklah berlepas diri, dan barangsiapa mengingkari maka ia telah selamat. Tetapi bagi yang RIDHA dan TETAP MENGIKUTI
Para sahabat bertanya, “Bagaimana KITA PERANGI SAJA?”
beliau menjawab: “TIDAK! Selama mereka masih SHALAT .”

(رواه مسلم)

Berkenaan dengan hadits-hadits ini, perhatikan ucapan Imam Nawawi :

أجمع العلماء على وجوبها في غير معصية وعلى تحريمها في المعصية نقل الاجماع على هذا القاضي عياض وآخرون

PARA ULAMA BERSEPAKAT BAHWA WAJIB (UNTUK MENAATI PENGUASA) DI DALAM SELAIN MAKSIAT DAN HARAM MENAATI MEREKA DI DALAM KEMAKSIATAN. Bahkan ini merupakan kesepakatan yang dinukilkan oleh Al-Qadhi Iyadh dan selain beliau

Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâhu berkata :

أن وجوب طاعتهم تكون في المعروف وليس في معصية الله عز وجل . و أن الحاكم الذي يأمر بالمعصية لا يطاع في هذه المعصية دون أن يكون للرعية حق الخروج على الإمام بسبب ذلك

Bahwa kewajiban menaati penguasa itu hanya di dalam perkara yang ma’ruf saja tidak boleh di dalam perkara maksiat kepada Allâh. Penguasa yang MEMERINTAHKAN KEPADA MAKSIAT TIDAK BOLEH DITAATI DALAM HAL KEMAKSIATAN INI, TANPA PERLU RAKYAT MELAKUKAN PEMBERONTAKAN TERHADAP PENGUASA MEREKA LANTARAN SEBAB INI.

Penulis di atas membawa hadits di atas lalu memahami dengan pemahaman sendiri dan menerapkan pemahaman kelirunya kepada orang yang mengaku sebagai pengikut sunnah/salaf.
Seakan-akan pengikut sunnah/salaf itu ORANG YANG BODOH karena MEMBENARKAN KEDUSTAAN PENGUASA DAN MENYOKONG KEZHALIMAN MEREKA, kemudian menganggap BERKAWAN DENGAN PENGUASA ZHALIM…

Ini penulis, dengan kedangkalan pemahamannya -mohon (maaf), tidak faham aqidah dan manhaj salaf di dalam berinteraksi dengan penguasa muslim…
Saya curiga dia memiliki pemahaman KHOWARIJ atau terpengaruh dengan PEMAHAMAN KHOWARIJ…
Sebab jika kita perhatikan di dalam pembahasan para ulama tentang bab umaro, yang paling banyak menyimpang pemahamannya adalah KHOWARIJ, SYIAH DAN MU’TAZILAH…

Semoga kita semua diberikan hidayah dan taufiq-Nya

Wallahu ta’ala a’lam bish shawab

✍ Ustadz Abu Salma Muhammad حفظه الله تعالى
__________________

✉Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal I’tidål

♻Telegram: https://bit.ly/alwasathiyah
🌐 Blog : alwasathiyah.com
💠Facebook : http://fb.me/wasathiyah
🔰Youtube : http://bit.ly/abusalmatube
📷 Instagram : http://instagram.com/alwasathiyah
🌀Mixlr : http://mixlr.com/abusalmamuhammad/