CATATAN KAJIAN WA INTERAKTIF TERBAIK
22 Rajab 1439 H/ 08 April 2018 M
Tema : Seri Belajar Tauhid: Kaidah 1 Tauhid Rububiyah
Disusun oleh : Ummu Abdirrahman
No. Grup AWWI : 3
🔹 SESI PERTAMA 🔹
(Ustadz Abu Salma memberi pertanyaan, kemudian salah satu peserta menjawab setelah dipersilakan oleh Admin)
1⃣. Apa saja 4 kewajiban seorang muslim sehingga ia bisa selamat di dunia dan akhirat?
✉ Dijawab oleh Ummu Fian
✅ Kewajiban berilmu, beramal, berdakwah, dan bersabar.
2⃣. Kenapa manusia harus belajar dan menuntut ilmu?
✉ Dijawab oleh Ummu Ruqayyah
✅ Karena manusia pada asalnya adalah bodoh (jahil). Sehingga kita wajib menuntut ilmu agar tidak tersesat, dan menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga begitupula kunci sukses kebahagiaan dunia dan akhirat.
3⃣. Kenapa manusia harus mengamalkan ilmunya?
✉ Dijawab oleh Viny Devita
✅ Karena ilmu tanpa amal akan sia-sia. Ilmu dan amal adalah satu kesatuan. Jika ilmu tanpa amal maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat, begitu juga amal tanpa ilmu maka akan sesat. Seperti halnya ibadah yang tanpa ilmu/dalil maka akan tertolak amalannya.
4⃣. Kenapa manusia harus mendakwahkan ilmunya?
✉ Dijawab oleh Ummu Atha
✅ Karena bila tidak mendakwahkan ilmunya diancam seperti menyembunyikan kebenaran dan tidaklah berguna ilmu tersebut. Selain itu juga dapat menambahkan pahala dan kelak ilmu bisa menjadi saksi kita di hari kiamat.
➕ Tambahan oleh Putri
✅ Seseorang yg tidak mau mendakwahkan ilmunya berarti menyembunyikan kebenaran dan ilmunya tidak akan berguna baginya.
Ilmu yg kita dakwahkan dapat menjadi pahala jariyah untuk kita, apabila kita tidak mau mendakwahkan itu artinya kita tidak menjalankan salah satu kunci untuk selamat di dunia dan akhirat.
5⃣. Kenapa manusia harus bersabar di dalam belajar, beramal dan berdakwah?
✉ Dijawab oleh Farida
✅ Karena sabar adalah kunci dari keberhasilan.
➕ Tambahan oleh Ummu Aqilah
✅ Karena dengan kesabaran, Allah senantiasa menolong apa yang kita lakukan terlebih lagi untuk menuntut ilmu, beramal, dan berdakwah. Teringat perkataan ulama bahwa dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran karena tanpa adanya kesabaran maka itu sia-sia.
6⃣. Apa dalil 4 kunci keselamatan di atas?
✉ Dijawab oleh Ummu Raghi
✅ Surah Al-’Ashr.
7⃣. Mana yang lebih didahulukan, ILMU atau IMAN? Apa alasannya?
✉ Dijawab oleh Salmaa
✅ Ilmu. Karena keimanan itu harus didasari oleh ilmu, jadi harus ilmu dulu sebelum iman, dengan ilmu maka terbentuklah keimanan (yg sempurna). Iman tanpa ilmu akan terbentuk menjadi keimanan yang keliru, dan bahkan bisa menyebabkan “taqlid”, mengikuti nenek moyang.
8⃣. Apa Tauhid itu, secara bahasa dan istilah?
✉ Dijawab oleh Siti Chaeriyah
✅ TAUHID (Arab :توحيد)
Tauhid secara bahasa merupakan bentuk masdar dari fi’il “wahhada-yuwahhidu” (dengan huruf ha’ di-tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.
9⃣. Ada berapa macam pembagian tauhid? Sebutkan!
✉ Dijawab oleh Annisa
✅ Pembagian Pertama:
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asmâ’ wash-Shifat
➕ Tambahan oleh Nurul
✅ Pembagian Kedua:
1. Tauhid al-Ma’rifah wal-Itsbât
2. Tauhid al-Qashd wath-Thalab
1⃣0⃣. Dengan cara apa ulama bisa membagi tauhid?
✉ Dijawab oleh Elankh
✅ Dari atau dengan berdasarkan “istiqraa‘ wa tatabbu’” atau penelitian dan observasi terhadap ayat-ayat Alquran dan hadits oleh para ulama.
1⃣1⃣. Apa itu Tauhid Rububiyah?
✉ Dijawab oleh Yati Badriyati
✅ Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan Allah sebagai Sang Pencipta.
Yang mencipta dan memelihara segala sesuatu. Pemberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Yang mengatur rotasi (pagi, siang, dst), dan Yang Maha memuliakan.
1⃣2⃣. Apa dalilnya Allah itu SANG PENCIPTA?
✉ Dijawab oleh Ummu Atha
✅ Surah Az-Zumar ayat 62
1⃣3⃣. Apa dalilnya Allah itu Yang memberi rezeki?
✉ Dijawab oleh Siti Chaeriyah
✅ Surah Fathir ayat 3
1⃣4⃣. Apa dalilnya Allah itu Penguasa alam semesta?
✉ Dijawab oleh Ummu Atha
✅ Surah Al-Fâtihah ayat 2
1⃣5⃣. Apa dalilnya Allah itu yang menghidupkan dan yang mematikan?
✉ Dijawab oleh Ummu ’Izzah
✅ Surah Al-Baqarah ayat 258
1⃣6⃣. Apa dalilnya Allah itu Yang mengatur rotasi waktu siang dan malam?
✉ Dijawab oleh Farhana
✅ Surah Ali ’Imran ayat 27
1⃣7⃣. Apakah tauhid Rububiyah itu cukup memasukkan seseorang masuk ke dalam Islam? Apa dalilnya?
✉ Dijawab oleh Siti Chaeriyah & Ummu Hilal
✅ Tidak, dalilnya surah Al-Mu’minun ayat 86-89
〰〰〰
1⃣8⃣. Apa bedanya orang dan semut (titipan pertanyaannya Salma)?
💡 Dijawab oleh Farhana
☑ Kalau orang bisa kesemutan tapi kalau semut ga bisa keorangan.
✉ Dijawab oleh Ummu Habibah
✅ Semut tidak dikenai beban taklif, manusia dikenai beban taklif.
🔹 SESI PERTAMA SELESAI 🔹
◾🔸 SESI KEDUA 🔸◾
(Peserta bertanya kepada Ustadz Abu Salma, kemudian ustadz menjawab dengan rekaman suara, yang kami salin ke dalam bentuk tulisan)
1⃣. Pertanyaan dari Ummu Atha
Assalamu’alaykum, ustadz.
Apakah “agama kepercayaan” bisa juga termasuk tauhid rububiyyah? Karena ana belum paham hakekat orang tsb percaya terhadap apa.
✉ Jawaban ✉
Mungkin maksud penanya adalah, “Apakah agama kepercayaan termasuk syirik dalam rububiyyah?” Maksudnya melakukan kesyirikan dalam rububiyyah Allah.
Untuk menjawab hal ini, pertama, kita harus mengetahui dulu, yang dimaksud dengan “agama kepercayaan” itu apa?
Karena “agama” dan “kepercayaan” adalah hal yg berbeda.
Biasanya, kalau kita bicara (tentang keadaan) yg ada di Indonesia, “agama” itu ada nabi dan kitab sucinya, tapi kalau “kepercayaan” tidak seperti itu.
Kepercayaan biasanya berangkat (muncul) dari budaya, kearifan lokal, atau yg seperti itu. Dan seringkali kepercayaan berangkat dari keyakinan animisme-dinamisme.
Biasanya mereka (para penganut animisme-dinamisme) terlalu mengagungkan para nenek moyang. Atau leluhur-leluhur mereka yg sudah meninggal dunia sebagian mereka mengagungkannya (nenek moyang).
Yang pasti, orang-orang yg meyakini kepercayaan animisme-dinamisme ini bukan (beragama) Islam. Otomatis mereka kafir.
Adapun jika mereka menyimpang dalam Rububiyah, jika mereka tidak meyakini bahwa Allah satu-satunya Yang menciptakan alam semesta, satu-satunya Yang menghidupkan dan mematikan, namun mereka meyakini misalnya ada campur tangan dari tuhan-tuhan yang lain, atau mereka menyembah leluhur-leluhur mereka, maka mereka sudah melakukan “ilhâd”, yaitu penyimpangan terhadap tauhid rububiyyah.
Mereka menyekutukan Allah dalam rububiyyah-Nya.
Tentu ini seperti kaum yang meyakini adanya tuhan-tuhan lain, mereka memiliki keyakinan bahwa tuhan yang menciptakan atau mengatur alam semesta ini banyak atau berbilang, dan tiap tuhan memiliki tugas/wewenang masing-masing.
Dan tentunya kesyirikan dalam rububiyyah Allah adalah suatu kesesatan yang sudah nyata.
Orang yg meyakini rububiyyah Allah saja tidak (dianggap) masuk ke dalam Islam, apalagi orang yg tidak mengimani atau tidak menauhidkan Allah dalam rububiyyah-Nya. Maka tentunya lebih (keras) lagi kufurnya.
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
2⃣. Pertanyaan dari Dina M.
Assalamu’alaikum, ustadz.
Ada berapa tingkatan ilmu tauhid?
Dan berapa lama kita dapat mempelajari semua itu?
✉ Jawaban ✉
Ilmu tauhid ada jenis/macamnya. Yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan tauhid asmâ’ wash-shifât. Atau juga sebagaimana yg dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa tauhid itu ada dua, yaitu “Tauhid al-Ma’rifah wal-Itsbât” dan “Tauhid al-Qashd wath-Thalab”. Inilah yg disebutkan oleh para ulama.
Adapun tingkatan atau “marhalah” ilmu tauhid, maka saya belum pernah mendapati ada marhalah ilmu tauhid. Melainkan tingkatan-tingkatan ilmu tauhid ini biasanya berangkat dari (2 sekte) kalau bukan sekte Shûfiyyah (sufi) yang membagi tingkatan-tingkatan tauhid menjadi ilmu syarî’ah, kemudian ilmu ma’rifah, kemudian ilmu hakikat, maka ini semua tidak ada dalilnya; Dan juga ada sebagian (lain) yaitu sekte Asy’ariyyah, yg membagi tingkatan tauhid menjadi tauhid di dalam Dzat Allah, dalam sifat Allah, dalam af’âl (perbuatan-perbuatan) Allah, tauhid dalam ibadah, ini juga —wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb— saya belum pernah tahu ada dalilnya.
Karena nantinya, seperti tauhid tentang Dzat Allah, (mereka sebut) Allah adalah “wujûd” yaitu eksis/ada, kemudian Allah itu “ghaniyy” yaitu absolut. Dan ini adalah suatu penyandaran kepada Allah (seperti misalnya Allah bersifat absolut, atau yg semisalnya) yg berangkat dari pemahaman Mathrûdiyyah, yaitu salah satu sekte yg lebih mengedepankan akal seperti sekte Mu’tazilah.
Yang demikian ini, setahu saya, tidak ada dalil yg mendukung pembagian tingkatan-tingkatan tsb.
Namun memang, dalam Islam ada tingkatan-tingkatannya. Yaitu seorang muslim (orang yg beragama Islam), kemudian yg lebih tinggi lagi ada mukmin (orang yg beriman), dan muhsin (orang yg ihsan). Ini memang ada dalilnya dalam hadits.
Lalu kemudian, “Berapa lama kita mempelajari semua itu (yakni ilmu tauhid)?”
Ilmu tauhid itu kita pelajari mulai sejak kita bisa membaca (juga menghafal, dan memahami), hingga kita meninggal dunia.
Dan dalam mempelajari ilmu tauhid ini tidak ada hentinya, apalagi dalam mengamalkannya. Jadi tidak ada batasan berapa lama kita mempelajari semua itu.
Kita tetap diperintahkan untuk belajar dan senantiasa belajar, hanya mungkin kalau kita ingin mengetahui masalah konsep (dasar) dari ilmu tauhid yg paling utama, mungkin dalam waktu beberapa pekan sudah selesai (membahas) garis-garis besarnya saja. Tapi untuk mempelajari perincian, dalil, “istinbâth” (penarikan kesimpulan), dan “istidlâl” (pengambilan dalil), maka itu semua butuh waktu (panjang).
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
3⃣. Pertanyaan dari Ummu Habibah
Assalamu’alaykum warahmatullah.
Apakah rincian penjelasan tauhid hanya 3 itu saja, apabila ada perbedaan istilah dan pembagiannya tidak 3 dan tetap substansinya sama, apakah diperbolehkan?
Jazakallahu khoyron.
✉ Jawaban ✉
Masalah pembagian tauhid menjadi dua atau tiga ini berdasarkan penelitian dari para ulama. Yaitu mereka melakukan penelitian yang ada di Alquran dan sunnah, maka mereka menetapkan bahwa tauhid itu ada dua atau tiga (ini sudah saya jelaskan pada materi kajian). Dan ini intinya sama saja, baik menyatakan tauhid itu terbagi dua atau tiga (sebagaimana disebutkan sebelumnya), ini sama.
Adapun orang yg membagi-bagi tauhid lagi, misalnya ada tauhid “mulkiyah”, atau tauhid-tauhid lainnya, maka ketahuilah, misalnya orang yg menetapkan tauhid “mulkiyah” bahwasanya tidak ada hukum selain hukum Allah, tidak ada kekuasaan selain kekuasaan Allah, maka tauhid “mulkiyah” ini sudah terkandung dalam tauhid asmâ’ wash-shifât atau tauhid rububiyyah. Sehingga yg sudah terkandung dalam pembagian tauhid yg tiga, tidak perlu lagi dipisahkan pembagiannya untuk dikeluarkan lagi.
Wallâhu ta’âlâ a’lam.
4⃣. Pertanyaan dari Ummu Fian
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bagaimana cara kami yang awam ini yang sudah paham ilmunya, sudah mengamalkan tapi belum mampu mendakwahkan/menyampaikan sebagaimana asâtidzah menjelaskan?
Karena yang ana pahami dari penyampaian beberapa ulama, bahwa kita tidak diperbolehkan berdakwah jika bukan keahlian kita.
Jazaakallah khairan, ustadz.
✉ Jawaban ✉
Pertanyaan ini cukup penting.
Yg harus kita pahami, dakwah atau menyampaikan ilmu yg kita pahami, hukumnya adalah wajib. Harus.
Tapi ketika kita memberitahukan ke orang lain, maka tidak mesti seperti penyampaian seorang ustadz, atau kiyai, atau ulama. Tidak.
Misal kita melihat saudara/i kita masih suka musik, maka kewajiban kita menasihati, mendakwahkan dia dengan cara yg baik.
Selama kita hidup, pasti kita menemukan saudara-saudara kita yg jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan. Bahkan kita juga bisa terjatuh.
Tapi bukan berarti kita mendiamkan kesalahan tsb karena kita merasa belum mampu untuk berdakwah.
Kita wajib berdakwah dengan kemampuan yg kita miliki.
Dan dakwah itu tidak harus dengan lisan. Karena dakwah bisa dilakukan dengan harta yaitu, bisa juga dengan contoh/perbuatan. Dan seringkali dakwah dengan (menjadi) tauladan ini lebih efektif.
Misalnya ketika kita merasa susah untuk berdakwah pada orang tua dengan menjelaskan, tapi kita bisa berdakwah dengan semakin berbakti pada mereka, semakin lembut, dsb. Maka orang tua akan melihat perubahan kita menjadi lebih baik, dari situlah orang tua akan penasaran apa yg dipelajari anaknya. Maka dari situ kita mulai pelan-pelan sampaikan ilmunya.
Memang (sebelum) berdakwah itu harus memiliki ilmu. Berdakwah tanpa ilmu itu diperingatkan oleh para ulama. Jangankan berdakwah, beramal tanpa ilmu saja bisa membawa pada kesesatan, namun amal tanpa ilmu kesesatannya hanya untuk diri kita saja, tetapi dakwah tanpa ilmu kesesatannya bisa sampai kepada orang lain.
Oleh karena itu kewajiban kita adalah menuntut ilmu, tapi tidak menafikan apabila kita mampu menyampaikan dengan cara yg baik maka hendaknya kita sampaikan.
Jangan sampai pula dengan alasan dakwah kita sibuk (membuat status) di media sosial: mengkritisi ini dan itu. Hal ini kurang benar. Kita mengatasnamakan dakwah di media sosial, namun ini bukan dakwah tapi bisa jatuh pada menghujat ghibah, namimah, —wal ’iyâdzu billâh— ini adalah hal-hal yg harus dijauhi.
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
5⃣. Pertanyaan dari Ummu Salma
Assalamu’alaikum.
Bisa minta dalil sifat qudrah Allah?
✉ Jawaban ✉
Qudrah Allah artinya kehendak Allah. Allah memiliki nama al-Qadîr (Yang Maha berkehendak).
Dalil tentang sifat qudrah Allah di dalam Alquran itu banyak sekali. Kalau kita cari,
وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dan yang semisalnya, kita dapati ada 40 lebih di dalam Alquran.
Apabila itu memang ada dalilnya dalam Alquran dan sunnah, maka kita wajib menetapkannya.
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
6⃣. Pertanyaan dari Ummu Thabrani
Assalamualaykum.
Afwan ustadz, mengenai ilmu harus didakwahkan. Ibu saya pernah ingin mengaji alquran (makhraj dan tajwid) kepada seorang guru. Tapi guru itu menolak dengan alasan ilmu ngajinya tidak boleh dishare kepada orang lain kecuali jika sudah terdaftar di madrasah yg sama dengan guru tersebut bernaung.
Mohon penjelasannya apakah hal itu boleh saja atau termasuk menyembunyikan ilmu ustadz?
Afwan
✉ Jawaban ✉
Ini tidak boleh, termasuk pelit dengan ilmu apalagi ilmu tajwid, bahkan termasuk menyembunyikan ilmu.
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
.:
7⃣. Pertanyaan dari Ummu Hilal
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.
Ustadz, bagaimana bantahan untuk sebagian orang yang beranggapan bahwa membagi tauhid menjadi 3 itu tidak pernah ada (bid’ah)?
✉ Jawaban ✉
Orang yg mengatakan pembagian tauhid menjadi 3 itu bid’ah adalah orang yang TIDAK paham apa itu bid’ah.
Seakan-akan dia juga menyatakan bid’ah bagi orang yg membagi-bagi kaidah bahasa Arab menjadi ada fi’il (kata kerja), ism, dst, dan juga orang yg mempelajari ilmu hadits (ada hadits shahih, ada yg dha’if), juga ilmu Ushul Fiqh. Ini semua secara terminologi tidak ada dalilnya yg secara khusus menyatakan adanya ilmu Ushul Fiqh, ilmu Hadits, dsb.
Ini semua berdasarkan “istiqrâ’ wa tatabbu’”, yaitu penelitian terhadap dalil-dalil dari Alquran dan sunnah kemudian para ulama ber-istinbâth (mengambil kesimpulan).
Dan pembagian ini bukan untuk mengada-adakan sesuatu yg baru, tapi untuk memudahkan orang dalam memahami.
Seandainya tidak dibagi juga tidak mengapa.
Karena pada zaman Rasulullah pun, tidak ada pembagian dalam ilmu bahasa Arab, ada ism jamid, ism musytâq, dsb.
Maka orang yg mengatakan ini bid’ah adalah orang yg tidak mengerti bid’ah, atau dia sendiri pelaku bid’ah.
Sama seperti seorang Sufi dari Yordania, dia menulis buku bahwa “Pembagian tauhid menjadi tiga, itu berasal dari “aqidah tatslits” yaitu akidah trinitasnya orang Nasrani”. Dan ini adalah pemikiran yg super ngawur sekali, dan ini sudah dibantah oleh para ulama.
Karena menurut sang penulis buku tsb, tuhan itu ada tiga, padahal itu adalah qiyâs (kias) yang fâsid (rusak).
Bahkan penetapan tauhid menjadi tiga ini adalah konsekuensi akidah kita yg meyakini Allah sebagai Pencipta, meyakini keesaan Allah dalam ibadah, meyakini sifat-sifat Allah yg disebut oleh Allah dalam Alquran.
Wallâhu ta’âlâ a’lam bish-shawâb.
🔸 SESI KEDUA SELESAI 🔸
◼ PENUTUP ◼
Untuk para muslimah…
Ibu dari kaum laki-laki, dan ibu generasi selanjutnya…
Isteri dari kaum laki-laki, yang tanpanya maka laki-laki itu lemah tidak bisa berbuat apa-apa…
Ibu dari kaum laki-laki, sekolah pertama umat…
Karena itu, keberadaan antunna semua di dalam dunia ilmu, supporting amal, peramai dakwah dan penyokong kesabaran adalah sangat besar…
Jangan pernah berhenti belajar.
Jangan pernah berhenti beramal.
Jangan pernah berhenti mengajar.
Jangan pernah berhenti bersabar.
Nabi kita Muhammad, pendidik pertamanya adalah bundanya, Aminah, karena ayahnya meninggal dunia saat beliau masih di kandungan
Ibnu Taimiyah, Imam Malik, dan banyak para ulama salaf senior, mereka semua dididik oleh tangan ibu-ibu mereka.
Imam Malik kecil, dipakaikan baju oleh bundanya, lalu bundanya menyuruhkan datang ke majelis imam Rabi’ah, ketika ditanya sang ibunda berkata bahwa beliau menyuruh Malik belajar adab dengan cara melihat adabnya Imam Rabi’ah…
“al-Adab qoblat tholab” (beradab dulu sebelum belajar)
Nasehat saya adalah : TETAP TERUS BELAJAR, dan BELAJARLAH SECARA TA’SHIL (FUNDAMEN DULU) DAN TAFSHIL (TERPERINCI), serta secara TADARRUJ (bertahap).
Gunakan waktu yang ada untuk membaca buku atau artikel bermanfaat (setidaknya 1 artikel dalam sehari)
dengarkan kajian (setidaknya setengah jam)
mencatat faidah-faidah kajian yang ada, praktekkan dan amalkan semampunya
ajarkan ke suami, anak, teman.
SABAR terus sampai maut menjemput.
Jangan sia-siakan hidayah dari Allah.
Jangan jadikan nikmat ilmu dan hidayah sebagai sebab kita berlaku sombong dan arogan…
Jadikan ilmu sebagai bagian dari waktu kita, dan jadikan ilmu di sela-sela waktu kita.
Bandung, 22 Rajab 1439 H
Brave Ummu Abdirrahman